Di Posko Bersama Peduli Bencana Terungkap Banyak Kejanggalan dan Keterbatasan Di Lapangan

oleh -128 views
oleh
128 views

Padang-Masa tanggap darurat bencana Gempa 6.2 SR yang mengguncang Pasaman-Pasaman Barat berakhir pada Kamis, 10 Maret 2022. Posko Bersama OKP, Ormas, dan Komunitas Peduli Bencana Pasman-Pasaman Barat melaksanakan press realese hasil assessment lapangan yang dilaksanakan pada Sabtu, 12 Maret 2022 di Gedung KNPI Sumatera Barat.

Posko bersama peduli bencana ini terdiri dari 19 organisasi yakni; DPD KNPI Sumbar, HMI Kom IPMIPA UNP, HMI Kom ITP, KOHATI IPMIPA, PW PII Sumbar, Brigade PII Sumbar, KB PII Sumbar, Ikatan Pelajar Mahasiswa Pasaman, Ikatan Mahasiswa Solok Selatan, Ikatan Pemuda dan Mahasiswa Sungai Nanam, Ikatan Mahasiswa Nagari Simpang, Tanjung Nan Ampek, Ikatan Keluarga Mahasiswa Bungus Teluk Kabung, Himpunan Mahasiswa Merangin, Mahardika Muda, Forum Indonesia Muda Regional Padang, Forum Mahasiswa Tigo Nagari, Himpunan Mahasiswa Kecamatan Rao, da Koperasi Pemuda Indonesia Sumbar.

Dalam press realese tersebut, Firman selaku koordinator jaringan menyampaikan masih banyak keterbatasan dan kejanggalan yang terjadi di lapangan. Kejanggalan-kejanggalan tersebut disebabkan oleh informasi yang tidak berimbang dan koordinasi serta komunikasi yang belum terkoneksi dengan baik antara para penyintas, lembaga, komunitas kemanusiaan serta para relawan yang ada.

“Masa tanggap darurat memang sudah berlalu, namun dilapangan masih banyak kita temukan kejanggalan dan keterbatasan,” ucap firman pada saat konferensi pers Sabtu, 12 Maret 2022.

Akibatnya, bantuan cenderung mengarah ke Pasbar, padahal dampak Gempa di Pasaman khususnya masyarakat sekitar kaki Gunung Talamau Kec. Tigo Nagari tidak jauh berbeda dengan Pasbar.

Secara administratif bagian Pasbar memang lebih banyak terdampak, namun jumlah korban Pasbar dan Pasaman cukup berimbang. Berdasarkan info dari Wali Nagari Malampah dalam press realese tersebut, korban meninggal akibat gempa, banjir bandang, dan tanah longsor di Pasaman mencapai 14 orang.

Selain itu, beberapa akses jalan di Pasaman juga terputus hingga saat ini yang menyebabkan sulitnya mendistribusikan bantuan. Bahkan beberapa daerah belum memperoleh bantuan, diantaranya daerah Rawang, Padang Gantiang, dan wilayah sekitaran Gunung Talamau.

“Keterbatasan dan kejanggalan yang ada di lapangan sangat merugikan masyarakat masyarakat, karena ada beberapa daerah yang memang belum tersentuh bantuan sama sekali,” sampai Firman.

Dalam menanggapi keterbatasan tersebut, satu hal yang dianggap strategis berdasarkan assessment selama tanggap darurat ialah mendorong masyarakat yang tersebar diberbagai posko untuk terhubung dalam satu pusat data dan informasi bersama.

Maka dari itu, Posko bersama OKP, Ormas, dan Komunitas peduli bencana Pasbar-Pasama menyiapkan program “Crisis Center” di bawah payung Relawan Aksi Pewarta Independen yang telah dirancang secara sederhana dalam menanggapi Bencana Pasbar-Pasaman di www.rapi-indonesia.com.

Nanda Satria Ketua Umum KNPI Sumatera Barat yang juga hadir dalam konferensi pers tersebut menyampaikan bahwa aksi tanggap darurat ini akan tetap berlanjut meskipun masa tanggap darurat telah berlalu. Menurutnya, masa recovery akan belangsung jangka panjang, dan hal ini membutuhkan perhatian dan sokongan yang lebih lagi dari berbagai pihak.

“Tanggap darurat telah selesai, artinya Pasbar dan Pasaman masuk pada tahap recovery yang sifatnya jangka panjang. Melalui Crisis Center yang telah kita bentuk, aksi tanggap darurat ini akan tetap berlanjut,” Sampai Nanda, Ketua Umum KNPI Sumatera Barat.

Lembaga yang didirikan atas inisiasi OKP, Orman, dan Komunitas peduli bencana bersama DPD KNPI Sumbar ini telah terhubung semenjak hari pertama gempa terjadi. Hingga pada akhirnya gagasan ini penting untuk segera dihadirkan agar masyarakat terdampak gempa dapat dipenuhi kebutuhannya secara professional.(**)