Jakarta,—Jelang pendaftaran Calon Presiden (Capres) untuk Pilpres 2019, Agustus 2018, suhu politik nasional skala derajat celciusnya terus meningkat.
Bahkan dikabarkan elite PAN saat berbuka puasa di rumah Ketua Umum Zulkifli Hasan sepakat mencalon-presidenkan (mencapreskan) the founding father PAN, sekaligus masinis dari lokomotif reformasi bangsa 1998 dan mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Amien Rais.
Melihat suara bulat elite PAN mengusung Amien Rais Capres pada Pilpres 2019, mantan Ketua MPR hasil Pemilu 1999 ini menyatakan siap untuk dicalonkan sebagai presiden.
“Pak Amien sudah menyatakan kesiapannya maju Capres 2019 dengan bismillah, itu diungkap beliau pada saat buka puasa di rumah ketua Umum PAN Zulkifli Hasan,”ujar kader loyal Amien Rais, Taslim Chaniago, Minggu 10/6 kepada media di Jakarta.
Kesiapan Amien Rais maju jadi calon presiden setelah tiga orang kader terbaik PAN, Zulkifli Hasan, M Hatta Rajasa dan Sutrisno Bahchir membahas bersama usai buka puasa kemarin.
“Proses pencapresan pak Amien Rais segera diputuskan pada Rakernas PAN usia Pilkada serentak 27 Juni,”ujar Taslim.
Taslim yang Anggota DPR RI periode 2009-2014 dari Sumbar mengatakan, bagi kader PAN siapnya Amien Rais maju ini sama artinya Amien Rais presiden yang tertunda.
“Maju 2019 itu karena soal waktu, sebenarnya saat Reformasi 1998 Pak Amien sudah mendapat legitimasi rakyat menjadi presiden. Tapi Pak Amien punya pandangan lain, 2019 maju dan terpilih itu berarti Pak Amien Rais presiden yang tertunda,”ujar Taslim.
Apalagi momentum saat ini, Amien Rais maju Capres sangat tepat, karena semua rakyat Indonesia tahu bagaimana semangat dan kegigihan serta ngototnya Amien Rais bicara keberpihak kepada pribumi.
“1998 Reformasi pak Amien Rais ikon perubahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi. Sekarang pak Amien menjadi tokoh yang selalu lantang melawan siapa saja pihak mengindahkan hak pribumi, Pak Amien menjadi ikon perlawanan pribumi atas ketakadilan,”ujar Taslim.
Apalagi Amien Rais termasuk tokoh nasional yang keras bersuara dan kampanyekan anti asing mengelola kekayaan alam.
“Emamg sudah saatnyalah, kita rakyatlah yang seharusnya mengelola dan menikmati kekayaan alam kita bukan asing seperti yang terjadi saat ini kabarnya,”ujar Taslim. (ded)
