Hargianto, Dari Stokar Oplet Jadi Komandan Kapal Perang

oleh -1,482 views
oleh
1,482 views
Hargianto anak Apak pernah jadi stokar oplet hingga komandan kapal perang dan Komandan Lantamal. (dok)

Otobiografi karya Laksamana Pertama TNI Hargianto yang mendorong setiap generasi muda agar berani bercita-cita setinggi langit dan berusaha keras untuk mewujudkannya

 

Padang — Bertepatan dengan syukuran ulang tahunnya, Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut II Padang, Laksamana Pertama TNI Hargianto pada hari ini meluncurkan buku otobiografi yang berjudul Stokar Oplet Jadi Komandan Kapal Perang.

“Buku ini saya tulis untuk mendorong generasi muda agar mereka berani bercita-cita setinggi langit dan berusaha keras untuk mewujudkannya,”ujar Laksamana Pertama TNI Hargianto, Selasa 19/10-2021.

Dari judulnya, kentara sekali Hargianto tidak mau melupakan masa remajanya yang pernah menjadi kernet oplet. Menurut saya, hal ini justru bagus guna menginspirasi generasi muda bahwa status ekonomi yang kurang berpunya bukanlah menjadi halangan untuk meraih cita-cita besar,” kata Laksamana Madya TNI (Purn.) Djoko Sumaryono, yang pernah menjadi atasan beliau.

Gubernur Sumatera Barat H. Mahyeldi Ansharullah dalam sambutannya mengatakan bahwa, Laksamana Pertama TNI Hargianto adalah sosok figur perfect.

“Sosok pemimpin yang mudah bergaul dan berteman baik dengan berbagai lapisan masyarakat. Sejak pertama kenal dan bekerjasama dengan beliau membuktikan banyak hal yang dapat dicapai dengan komunikasi yang sangat baik.”uajr Mahyeldi.

Andrinof Chaniago, dosen FISIP UI yang pernah menjabat sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dalam sambutannya menyebut  masa kecil sebagai putra seorang supir oplet.

“Kemudian bahkan ikut terlibat membantu ayahnya menjadi stokar alias kenek, merupakan faktor penting yang membentuk karakter Laksamana Pertama TNI Hargianto. Pak Hargianto ini figur yang sangat sayang pada Ibu dan Bapaknya. Kepatuhan beliau kepada Ibunya sangat luar biasa,” kata toko Sumatera Barat H. Fauzi Bahar. Saya yakin kepatuhan pada orangtuanya yang menjadikan beliau orang sukses,”ujar Andrinof.

Buku otobiografi ini ditulis Laksamana Pertama TNI Hargianto di sela-sela kesibukan menjabat Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut II Padang. Dalam buku setebal lebih dari 400 halaman ini, Hargianto memaparkan mengenai bagaimana perjuangan kedua orangtuanya telah membentuk karakter dirinya sejak kecil, perjalanan bersekolah dari SD sampai lulus Akademi Angkatan Laut, hingga kariernya sebagai perwira militer, sumbangsih dan sejumlah pemikiran.

Ayahnya, yang bernama Bahar Sutan Baheram, biasa beliau dipanggil dengan sebutan Apak, mengajarkan disiplin dan ketekunan dalam hidup. Apak pernah menjadi tentara dengan pangkat terakhir Kopral yang kemudian berhenti menjadi tentara karena permintaan orangtuanya. Beliau kemudian merantau ke Jambi. Awalnya bekerja sebagai montir, lalu beliau menjadi pengemudi oplet, dan bahkan kemudian menjadi senior yang mendidik para supir oplet.

Sejak usia sebelum sekolah Hargianto kecil sudah sering diajak menemani Apak bekerja sebagai sopir oplet. Menginjak usia sekolah Hargianto bahkan dilibatkan Apak untuk membantunya sebagai stokar (kernet) oplet hingga usia SMP. Banyak sekali ilmu yang beliau dapatkan selama mendampingi Apak bekerja. Apak merupakan guru kehidupan bagi Laksamana Pertama TNI Hargianto.

“Kalau mau, banyak jalan. Kalau tidak mau, banyak alasan”, demikian pesan Apak yang selalu diingat selalu oleh Hargianto sampai kini.

Ibunya, yang bernama Darnis Binti Salam, biasa  Haegianto memanggil dengan sebutan Mama, menjadi contoh bagi putra-putrinya bagaimana menjadi menjadi pribadi yang rajin, pantang menyerah, dan pandai mengelola keuangan.

“Mama menanamkan nilai-nilai moral dan adat Minang kepada saya melalui tindakan, cerita, dan wejangan yang tak pernah bosan disampaikannya, bahkan sampai saya dewasa,” kata Hargianto.

Sejak kecil, Hargianto bercita-cita menjadi tentara. Dorongan diri yang kuat untuk mengabdi pada negara dan bangsa melalui jalur militer membawanya mengikuti seleksi taruna. Berkat kerja keras dan persiapan yang dilakoninya, beliau berhasil diterima di Akabri. Di buku ini Hargianto menguraikan dengan panjang lebar pengalamannya mengikuti pendidikan militer. Cerita-cerita semasa menjadi taruna ini diceritakan dengan lengkap, detil, dan kadang-kadang jenaka, yang membuat buku ini menjadi terasa enak dibaca.

Hargianto juga menceritakan perjalanannya di Akademi Angkatan Laut. Dari keseharian di akademi, sampai keikutsertaan beliau dalam perjalanan ke Amerika Serikat dengan KRI Dewa Ruci. Perjalanan ini sangat menegangkan dan sekaligus menyenangkan, sehingga menjadi kenangan yang tak terlupakan hingga kini.

Dalam buku setebal 430 halaman ini, Hargianto juga menuliskan tentang bagaimana sampai beliau mendapatkan penugasan pertama sebagai komandan kapal perang, pengalaman memimpin sejumlah kapal perang, sampai akhirnya menjadi Danlantamal II Padang.

“Buku ini saya tujukan untuk masyarakat umum, khususnya pada generasi muda. Saya berharap mereka dapat menjadi generasi yang tangguh, disiplin, dan mampu mencari solusi untuk setiap masalah yang mereka hadapi,” kata Hargianto.

“Saya berusaha menceritakan pengalaman saya dengan bahasa yang ringan, tidak banyak isitilah teknis di bidang ketentaraan yang saya pakai agar mudah dipahami oleh semua kalangan, termasuk para pemuda dan orang awam,” tambahnya.

Hargianto merasa bersyukur telah menjadi manusia Indonesia yang beruntung karena telah ikut berusaha berbuat yang terbaik untuk Indonesia melalui pengabdiannya sebagai tentara sampai masa baktinya yang berakhir pada bulan Oktober 2021 ini. Sudah banyak pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman yang diraihnya selama mengabdi sebagai TNI, dan itu semua akan berguna bagi beliau untuk melanjutkan pengabdiannya kepada negara, masyarakat, dan khususnya masyarakat di Sumatera Barat pada saat memasuki usia purnawirawan.

Buku ini bisa didapat dengan memesan langsung ke Penerbit HAN atau melalui akun instagram @hargianto.han.(own)