Kisah Satu
Ternyata waktu memang tidak mau berhenti. Kapan ya kira-kira dia lelah? Entah apa yang tejadi. Atau aku yang terlalu lama di sini? Yang dulu dekat kini sudah jauh. Yang dulu baik-baik saja kini seperti orang bermusuhan entah kenapa. Entahlah, apa salah aku menuding ego lagi?
Kisah Dua
Ini tentang kisah yang takkan pernah kembali; dia abadi, tapi sayang kita hanya bisa mengunjunginya dengan cara berziarah saja. Berziarah pada pusara kenangan yang bangkainya tak pernah terurai. Sakitnya tak tahu apakah akan usai.
Kisah Tiga
Yang telah lama sudah dan perlahan patah. Apakah itu dirimu kisah? Pada musim dingin ini. Dia terkulai. Lekang oleh waktu. Lapuk oleh kisah baru.
Kisah Empat
Aku ingin berteriak pada langit; dengan kata yang sulit dijelaskan petir pada awan, yang membuat wajahnya berubah.
Aku ingin berteriak pada langit; dengan kalimat yang belum tersampaikan angin pada hujan, yang membuat dia jatuh di tempat yang tak diinginkan.
Kisah Lima
Biarkan aku bertanya tentang satu perkara. Bagaimana jatuhnya hujan dari langit? Lalu kenapa gemuruh berteriak seolah tidak rela. Ahh sudahlah, aku tak ingin berpuisi lagi. Otakku penuh dengan dirimu yang mulai menepi. Aku menjenguknya ternyata; apakah itu sudah mati? Perlahan-lahan aku meresap bersama kisah Dilan dan Milea yang konon katanya berpisah; ego, gengsi, prasangka, dan keras kepala.
Sabtu, 16 Juli 2022
Profil Penulis
Putri, remaja kelahiran 22 tahun lalu ini merupakan mahasiswi Universitas Negeri Padang. Alih-alih dari latar belakang ilmu sastra, Putri justru merupakan mahasiswi dari fakultas ilmu sosial yang berjibaku pada bidang ilmu administrasi negara. Heran, bagi Putri sosial itu juga sastra, sastra abstrak namun merupakan seni yang berbicara dengan nyata. Pantas saja kenyataan merupakan kisah yang paling puitis baginya.