Mahyeldi – Gusrizal ‘Berseteru’, Ini Tanggapan Dewan Ulama Thariqah Internasional

oleh -812 views
oleh
812 views
Syekh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani, Rais Mustasyar Dewan Ulama Thariqah Internasional (doc)

Padang — Gusrizal Gazahar ulama kharismatik Ketua MUI Sumbar ‘menyerang’ Mahyeldi Ansyarullah terkait penyerahan tanah dan air di IKN, viral dan menjadi pro kontra banyak netizen soal itu.

Bahkan Syekh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani, Rais Mustasyar Dewan Ulama Thariqah Internasional, yang berkantor di Istanbul Turki pun angkat bicara.

Syekh yang juga berdarah Minang tersebut, memberi pandangannya terkait polemik Gubernur Sumatera Barat dengan Ketua MUI Sumbar, tentang ritual penyatuan tanah dan air yang diserahkan oleh para Gubernur termasuk diantaranya Mahyeldi yang menyerahkan tanah dari Pasaman dan air dari gunung Talang. Saat itu, Ketua MUI Gusrizal Gazahar menyatakan hal tersebut tidak sesuai akidah islamiyah.

” Saya yakin Ketua MUI Sumbar mengkritik Gubernur pasti untuk kebaikan umat, namun dalam hal ini seharusnya beliau terlebih dahulu bertabayun dahulu dengan Gubernur, karena dalam pandangan kami, penyatuan tanah dan air dari seluruh Indonesia semata mata hanya Simbol saja bukan sebagai ritual keagamaan tertentu, kalaupun itu adalah sebuah kebudayaan dari daerah tertentu, selagi tidak merusak akidah maka boleh boleh saja Pak Gubernur mengikutinya” tutur Syekh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani

Syekh juga meminta untuk tidak menjustifikasi seseorang keluar dari akidah islamiyah tanpa memahami dasar hukum seseorang yang telah menyimpang dari akidahnya, karena menurutnya akidah merupakan pondasi besar agama, ibarat emas murni 24 karat, jika bercampur sedikit saja maka emas tersebut tidak lagi dikatakan emas murni, begitu pun dengan akidah.

“Ketika seseorang dapat dikatakan sudah menyimpang dari akidah, yakni bila menambah nambah atau membuat buat dari ucapan dan perbuatannya yang dapat “melemahkan” keyakinannya terhadap Allah SWT, bahkan jika seseorang secuil saja menyamakan sesuatu dengan sifat dan kekuasaan Allah SWT, itu sudah menyimpang dengan akidah Islam” Ucapnya.

Menurutnya apa yang dilakukan para Gubernur hanyalah sekedar simbolik saja, sama sekali tidak bersangkutan dengan akidah apalagi akan merusak akidah.

“Jika kita mau jujur, banyak sekali dalam kehidupan kita sehari hari memakai simbol, bahkan Ka’bah di Masjidil Haram sendiri merupakan hanya simbol untuk Persatuan umat bukan menjadi tujuan sujud dan rukuk kita kepada Allah SWT, rujuk dan sujud kita hanya bertujuan untuk menyembah Allah SWT yang keberadaaNya lebih dekat dengan urat lehermu, jika Ka’bah dijadikan sebagai perwakilan penyembahan Tuhan maka apa bedanya kita dengan umat terdahulu yang jahiliyah yang membuat patung berhala sebagai perwakilan wujud Tuhan di dunia” ucap Syekh

Oleh karena itu Ia menegaskan jika apa yang dilakukan para Gubernur termasuk Mahyeldi merupakan sekedar simbol saja bukanlah hal yang menyimpang dari akidah islamiyah, dan ia berharap tidak ada lagi polemik dalam hal ini.

“Ketua MUI Sumbar jangan terlalu terburu buru dalam mengeluarkan pernyataan yang seharusnya mesti bertabayun dahulu dan duduk bersama, karena bagaimanapun MUI merupakan lembaga yang sangat kita hargai dan telah menjadi tugas kita untuk menjaga Marwahnya sebagaimana yang telah dilakukan oleh Buya Hamka dahulu” pungkasnya. (ms)