Menyingkap Gaya Hendri Susanto Berselancar di Ajang Pilwawako Padang

oleh -562 views
oleh
562 views
Ilhamsyah Mirman (dok)

Oleh: Ilhamsyah Mirman

Founder Ranah Rantau circle/RRc

 

BAK ATLET TANGGUH yang diuji terlebih dahulu kesiapan fisik dan mental di ajang ‘tarkam’. Bermain di lapangan tempat berkumpul atlet lokal dengan segala dinamikanya.

Langsung masuk jajaran elite dan berhasil memperkuat teamnya 2 (dua) musim kompetisi, dengan tanggung jawab sebagai kapten di pundak.

Dinilai berhasil, maka kompetisi berikutnya dengan skala lebih strategis dilakoni. Kali ini melompat ajang kontestasi, sebagai kepala daerah. Dan, tidak terlalu mengecewakan. Debut yang baik diraih dengan posisi runner up.

Ustadz Hendri Susanto (UHS)

Itulah gambaran peselancar muda UHS di ajang kontestasi pemilihan legislatif dan kepala daerah kabupaten Sijunjung. Perumpamaan dengan dunia olahraga sebagai gambaran sederhana, olahraga dan politik, yang memiliki kesamaan, yaitu kompetisi yang keras dengan mengacu nilai-nilai sportifitas

Setidaknya itulah yang bisa disimpulkan dari perjalanan karier alumnus Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Koto Baru, Padang Panjang. Usai pendidikan tingginya di Al Azhar, Cairo, Mesir pulang kampung berkiprah memimpin squad FPKS Sijunjung.

Di usia jelang kepala tiga, UHS mulai membangun karier sebagai Dai ‘kampung’ berkeliling Tanjung Gadang, Lubuak Tarok, Kamang Baru dan sekitarnya melanjutkan apa yang dirintis di negeri jiran Malaysia. Jam terbang mumpuni di barengi keramahan dan kerendahan hati membuatnya cepat mendapat tempat di hati masyarakat.

Meraih suara 1.588 Pileg 2019 dengan menempati posisi ke enam dari tiga puluh anggota DPRD Sijunjung. Tahun kedua, partai tempatnya bernaung menugaskan sebagai nakhoda Lansek Manih, istilah populer kabupaten Sijunjung.

Demikianlah, sejarah mencatat, betapa di ajang sengit di antara 5 (lima) pasangan calon bupati, UHS cukup mengejutkan publik. Meraih posisi runner up dengan 24.376 suara. Meski amanah belum di pundak, namun setidaknya pria 38 tahun ini telah menjadi buah bibir.

Berkiprah di Rumah Bagonjong

Melihat lekat tangan brilian di daerah, UHS ditarik ke propinsi membantu Gubernur Mahyeldi, merajut komunikasi dan kerjasama dengan negara Timur Tengah. Latarbelakang pendidikan dari perguruan Islam terkemuka menjadi modal utama. Ditambah lagi pengalaman berdakwah di mancanegara, membuat UHS menjadi andalan.

Di Istana Gubernur sejumlah pakar dan aktivis menyusun upaya memperluas peluang ranah Minang menggaet pebisnis dan investor. Termasuk pembangunan sejumlah mesjid dan lembaga pendidikan. Ustadz Hendri Susanto salah satu think tank sekaligus penggerak mumpuni.

Dengan membaca jejak yang telah dirintis inilah dia diberi kesempatan kembali, tampil membawa panji partai. Cukup rasanya torehan gemilang untuk menjadi duta bersaing dengan Ekos Albar, calon dari PAN. Sebagai partai pengusung, keduanya memiliki hak yang sama, mengajukan nama untuk dipilih DPRD.

Layar sudah dikembangkan, dalam waktu hitungan hari, kalau tidak ada aral diadakan pemilihan wakil walikota oleh 45 anggota dewan Padang 5 April 2023. Komposisi yang diraih sembilan partai cukup menarik disimak, di mana tiga pamuncak menduduki mayoritas, 27 dari 45 alias 60%.

Kursi terbanyak Gerindra dengan 11 orang, disusul PKS (9 anggota) dan PAN dengan 7 (tujuh) kursi. Sisanya, 18 kursi di bagi ke enam partai. Kepada mereka ini nasib dua calon wakil walikota ditentukan. Bukannya tidak mungkin ada banyak peluang setiap anggota dewan ‘bermain’. Salah satu faktor determinannya distribusi finansial, selain idiologis dan faktor sentimen pribadi dan kedaerahan.

Kunci penentuan tampaknya di tangan Gerindra. Apa strategi yang bakal digunakan UHS atau Ekos, tidak bisa menafikan partai pemenang di Kota Padang ini. Tawaran siapa dan bagaimana bargaining position yang menarik minat anggota dewan, diprediksi unggul.

Sepintas sepertinya Ekos di atas angin. Kemampuan lobi di tingkat elit nasional dengan didukung kekuatan pendanaan sebagai pengusaha membuat publik memperkirakan alumnus IKOPIN Bandung itu bakal menang mudah. Mimpi yang tertunda lebih dari satu tahun sejak SK dikeluarkan DPP PAN, terwujud.

Benarkah Demikian ?

Tunggu dulu. Barisan militan di belakang UHS saat ini tidak bisa diremehkan. Serangan udara di media sosial dalam bentuk twibbon dan berbagai testimony melanjutkan kekompakan anggota FPKS mengantarkan Sang Marapulai mendaftar, menjadi signal kalau urusan kursi cawawako ini bukan semata tugas UHS.

Ada nilai yang diperjuangkan bersama yang berpengaruh terhadap konstelasi kedepan, dalam hal ini Pileg dan Pilkada 2024. Ajang Pilwawako bisa sebagai sparing, yang menjadi format awal formasi politik lokal Kota Padang khususnya, Sumatera Barat umumnya.

PKS tidak akan membiarkan UHS jadi bulan-bulanan. Anggota DPD RI Muslim M Yatim bersama anggota DPR RI & DPRD diyakini ikut bermain. Dan yang tak boleh dilupakan, peran sang patron yang menjadi orang nomor satu di Sumatera Barat. Mahyeldi bakal mati-matian memperjuangkan sang kader. Terlalu banyak kartu yang bisa dimainkannya.

Situasi yang tampaknya berkebalikan dengan Ekos, yang praktis tertumpu di dirinya sendiri. Sekiranya ada yang membantu, tidaklah all out. Termasuk Walikota Hendri Septa dan patron di belakangnya, sang Ayah yang juga anggota DPR RI. Peran ambigu dan situasi dilemmatis harus dihadapi. Kalau boleh memilih, dan itu sudah berjalan dua tahun, Hendri Septa lebih senang menjomblo.

Dari analisis di atas disederhanakan menjadi pertarungan personal versus komunal. Bisa juga dilihat sebagai pertarungan pemain nasional versus tokoh lokal bercorak milenial global sebagai nilai plus. Kegagalan Ekos dua kali duduk sebagai Anggota DPR RI, meraih posisi kedua di bawah Guspardi Gaus, berbanding UHS di tingkat lokal. Atau bisa juga sejarah berulang Surau vs Lapau tersirat pada pertarungan kali ini.

Penutup

Kesuksesan merumput di daerah, ditantang pada Liga Utama. Kegesitan meliuk di antara himpitan dan kemampuan berselancar menghadapi ombak yang menerjang dilapangan luas cukuplah jam terbangnya. Namun pertandingan head to head dengan urusan di ruang tertutup, melibatkan sedikit orang, menjadi pengalaman baru bagi Hendri Susanto.

Bisakah di atasi dan mampu mengambil hati minimal 23 (dua puluh tiga) wakil rakyat kota Padang. Kombinasi banyak faktor di ataslah sebagai penentu. Mari kita saksikan bersama…(analisa)