Politik Identitas Menjelang Pemilu 2024

oleh -423 views
oleh
423 views

KITA SEMUA mungkin tidak asing dengan yang namanya politik identitas. Menurut Abdillah (2002) politik identitas adalah politik yang berfokus pada kajian dan permasalahannya menyangkut perbedaan perbedaan yang didasarkan atas asumsi-asumsi fisik tubuh, politik etnisitas atau primordialisme, dan pertentangan agama, kepercayaan atau bahasa.

Pada pemilu 2024 ini, praktek politik identitas tidak seharusnya diberlakukan. Ini karena akan menimbulkan konflik tersendiri di dalam kontes yang diadakan sekali 5 tahun tersebut.

Walaupun sebenarnya politik identitas sudah dilarang, nyatanya masih ada saja yang menggunakan politik identitas tersebut sebagai alat kampanye guna mencuri perhatian masyarakat luas.

Fenomena Politik identitas yang kerap digunakan Capres dalam pemilu 2024 tersebut biasanya berbasis agama ataupun berbasis teritorial. itu karena politik identitas berbasis agama maupun teritorial cukup bisa menarik simpati masyarakat.

Masyarakat yang biasanya rentan tertarik yaitu golongan masyarakat tua atau masyarakat yang memiliki umur 40-65 keatas, menurut Wawan Masu’adi, penggunaan politik identitas di masa sekarang nuansanya sudah berbeda.

Kalau dulu dipakai sebagai alat perjuangan, kalau sekarang menjadi alat untuk merebut dan mencari kekuasaan. Terlebih pada ajang pemilu tahun 2024, alhasil politik identitas bakal digunakan untuk strategi untuk memenangkan pemilu tersebut.

Semua calon politisi yang akan ikut andil dalam pemilu 2024 pasti bakal menyiapkan strategi-strategi licik agar bisa memenangkan pihak politisi atau partai tersebut. Di antaranya ialah politik identitas berbasis agama. seperti contoh salah satu tokoh politik ikut serta dalam kegiatan keagamaan yang direkam atau dishare ke media sosial atau kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya yang bertujuan untuk menarik simpati masyarakat yang memang mayoritas agama tersebut.

Contoh lainnya mungkin yaitu pemasangan banned atau spanduk di tempat-tempat umum di mana tokoh politik tersebut menggunakan busana dari mayoritas agama tertentu yang tentu tujuan nya tetap sama, agar masyarakat bisa melihat spanduk tersebut dan memilih calon politisi tersebut.

Strategi Politisi itu bisa dibilang sukses karena mayoritas masyarakat indonesia bakal memilih calon politisi yang memang berpihak kepada agama mayoritas di Indonesia, yaitu agama Islam.

Di satu sisi, regulasi atau peraturan yang mengatur politik identitas dalam berkampanye juga belum terarah dengan baik. Sudah seharusnya peraturan untuk memaksa tim sukses, partai politik, kandidat politisi untuk bisa membawakan kontestasi politik ke arah politik yang berbasis progam, bukan politik yang hanya mengandalkan identitas politisi semata.

Di sisi lain, peran atau fungsi lembaga pemilu itu sangat penting di sini, itu karena di lembaga pemilu lah seluruh perdebatan publik bisa dibawa kesana. isu-isu pragmatik akan jauh lebih banyak, maka itu juga bisa membangunkan 1 iklim politik yang jauh lebih sehat dan juga jauh lebih subtantif.

Menurut Shafiq Pontoh, orang-orang pada zaman kini itu sudah berbeda, ini terjadi karena adanya perubahan perilaku pengkonsumsian informasi pre and post-covid. seperti contoh konten di media sosial yang banyak digemari oleh seluruh kalangan umur masyarakat Indonesia yaitu konten-konten inspirasional.

Misalnya saja. Salah satu pejabat publik yang menggunakan salah satu akun sosial media untuk membuat konten seolah-olah telah berhasil menjadi politisi yang berhasil.

Sebenarnya politik identitas untuk sekarang sudah tidak terlalu laku. Itu bisa dilihat dari banyaknya masyarakat Indonesia yang sangat menyukai konten seperti dunia hiburan, komedi dan lain lain. Faktor itulah yang membuat politik identitas untuk saat sekarang ini semakin tidak laku. Karena Sebagian Masyarakat kalangan umur justru lebih menyukai konten-konten yang berbau dunia hiburan, ketimbang politik itu sendiri.

Tetapi Politisi sudah mengantisipasi hal tersebut dari awal, para politisi yang ikut dalam kontestan pemilu tersebut masuk ke dalam ceruk ceruk tertentu yang tidak membicarakan dunia politik. ini juga bisa dibilang trik cerdas dari politisi, karena mereka mampu mengetahui apa pola pikir masyarakat, apa kesukaan masyarakat yang bisa menarik suara lebih banyak lagi di pemilu 2024 mendatang. lalu bagaimana cara politisi tersebut bisa masuk kedalam ceruk ceruk yang tidak membicarakan dunia politik? dengan progam, gagasan-gagasan dan juga janji-janji manis yang diucapkan oleh tim sukses dari suatu partai politik atau dari politisi itu sendiri.

Menurut penulis tergantung kita sendiri bagaimana menyikapi politik identitas, sayangnya masih sedikit yang berani bersuara akan isu ini. di pemilu 2024 ini, rata-rata pemilih itu berasal dari golongan anak muda.

Sudah seharusnya kita sebagai anak muda penerus bangsa ini harus bisa bersuara dan berani mengemukakan pendapatnya di depan khalayak rame. ingat kata Bung Karno,

”beri aku 10 pemuda,maka akan ku goncangkan seluruh dunia”

Kiita sebagai remaja,pemuda tahuu bahkan mahasiswa mahasiswi diseluruh kampus di Indonesia,kita harus cerdas dalam memilih siapa pemimpin bangsa ini kelas dimasa depan.(analisa)

Oleh: Farid Anugrah Ramadhan
Mahasiswa ISIP UNAND