Padang–“Menarik sekali” itulah ungkapan pertama Muhammad Zuhrizul saat sampai di lokasi Ekowisata Sungkai Green Park, Bukik Sungkai bersama Tim Pemberdayaan dan Pengembangan (TPP) Desa wisata, Elvis, Bundo Wati, Mona, Anto dan Sukun, Minggu (25/6).
Sungkai Green Park (SGP) merupakan suatu lokasi pengembangan ekowisata yang ada di Bukik Sungkai, Kelurahan Lambung Bukit, Kecamatan Pauh, Kota Padang.
Adapun penggagas konsep ekowisata di sana ialah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Sungkai Permai.
Ketua P4S Sungkai Permai, Rimbra mengatakan, bahwa ia mulai menggagas konsep ekowisata Sungkai Green Park karena tanggung jawab moral untuk mengembangkan tujuan P4S tersebut.
M.Zuhrizul Ketua TPP Desa Wisata Sumbar mengapresiasi sikap Rimbra yang tidak menunggu bantuan program pemerintah untuk bergerak berdayakan potensi Bukik Sungkai namun ia dengan semangat swadaya masyarakat setempat menyulap daerah itu menjadi tempat menarik yang sangat berpotensi untuk sentral Ekowisata, Eduwisata dan Agrowisata.
” Jika semangat pak Rimbra ini dimiliki oleh semua daerah potensi wisata maka bukan tidak mungkin Sumatera Barat akan menjadi tujuan utama pelancong untuk berwisata ‘rasa’ yakni wisata untuk merasakan kenikmatan dan keindahan alam karena konsep wisata sekarang sudah berbeda bukan lagi objek wisata buatan yang memakan banyak biaya” Ucap Maetek panggilan akrab M.Zuhrizul.
Rimbra menyuguhkan team TPP Desa Wisata minuman khas teh sungkai yang di beri pemanis alami dari daun stevia.
” Teh sungkai ini adalah produk unggulan khas bukik sungkai yang dinikmat dengan gula dari daun stevia, selain berkhasiat peningkat imun, juga mengatasi masalah kesehatan” ucap Rimbra.
Zuhrizul menyebut ada banyak spot yang bisa dikembangkan antara lain homestay, glamcamp, agrowisata, eduwisata, sportourism dan ekowisata.
” Saya yakin dengan lahan seluas 4,5 ha dan potensi wisata alam ini dikelola dengan baik pasti akan berdampak ke peningkatan ekonomi masyarakat sekitar karena Desa wisata yang hebat itu adalah ketika pengaruh ekonomi berdampak nyata di desa tersebut.” Pungkas Zuhrizul. (monsis)
