PADA awal 2024, tepatnya pada 1 Januari, beberapa wilayah di Kabupaten Agam, Sumatera Barat dilanda bencana tanah longsor. Bencana ini terjadi akibat hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut selama beberapa hari sebelumnya.
“Bencana itu berupa tanah longsor dua titik, dan pohon tumbang satu titik,” ujar Sekretaris BPBD Agam Olkawendri di Lubuk Basung, Senin lalu.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, tanah longsor terjadi di beberapa kecamatan, antara lain:
Kecamatan Baso: Longsor terjadi di Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Gadang. Material longsor menutupi badan jalan sepanjang 12-20 meter dan tinggi 1-1,5 meter.
Kecamatan Lubuk Basung: Longsor terjadi di Jorong Guguak, Nagari Lubuk Basung. Material longsor menimpa satu unit rumah warga dan merusak sawah seluas 0,5 hektare.
Kecamatan Ampek Koto: Longsor terjadi di Kelok 5 Pendakian Bukit Apik Sianok, Nagari Sianok VI Suku. Material longsor menutupi badan jalan sepanjang 8-10 meter dan tinggi 1-1,5 meter.
Bencana tanah longsor ini menyebabkan akses jalan di beberapa lokasi terputus. Petugas BPBD dan masyarakat setempat bahu membahu membersihkan material longsor agar akses jalan dapat kembali dilalui. Selain menyebabkan kerusakan infrastruktur, tanah longsor ini juga menyebabkan kerugian ekonomi bagi warga masyarakat. Beberapa sawah dan ladang milik warga tertimbun material longsor.
Bencana tanah longsor di Agam ini merupakan salah satu contoh dampak dari perubahan iklim. Hujan deras yang semakin sering terjadi di berbagai wilayah Indonesia meningkatkan potensi terjadinya bencana alam seperti tanah longsor.Oleh karena itu, diperlukan upaya mitigasi bencana yang lebih baik untuk meminimalisir dampak dari bencana tanah longsor. Upaya mitigasi ini dapat dilakukan dengan cara:
1. Penanaman pohon di daerah yang rawan longsor
2. Pembangunan sabo dam dan bronjong
2. Sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya tanah longsor
Dengan upaya mitigasi yang tepat, diharapkan bencana tanah longsor dapat diminimalisir dan tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material yang besar.
Oleh: Susi Andriati, Dr. Ramacos Fardela S.Si, M.Si
