Keharuan menyelimuti ruangan, banyak hadirin yang menundukkan kepala, membathin dalam doa, mengingat kembali bagaimana perjalanan seorang anak perempuan dari masa kecilnya, hingga akhirnya hari ini ia berpindah tanggung jawab dari ayahnya kepada suaminya.
Adat Minangkabau memperkaya prosesi, menghadirkan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan turun-temurun.
Kata-kata sakral berbahasa Minang mengalun, meneguhkan bahwa pernikahan bukan sekadar menyatukan dua individu, tetapi juga membangun kekuatan keluarga dan masyarakat.
"Salamaik baminantu uda Dony Oskaria, semoga Rafly dan Aulia membangun rumah tangganya berlimpah restu dari uda dan uni untuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah," ujar para tamu, penuh tulus dan harapan.
Hari itu, tak hanya dua hati yang bersatu, tetapi juga doa, restu, dan kebersamaan. Pernikahan ini bukan sekadar seremoni, melainkan perjalanan baru yang diiringi dengan keberkahan dan harapan.Sementara di luar, Jakarta tetap sibuk dengan hiruk-pikuknya, di dalam ballroom itu, waktu seolah melambat, memberi ruang bagi kehangatan dan kasih yang tak berbatas. (***)
Editor : Redaksi