Fenomena ‘Mak Pen’ dan Mimpi Penguatan Peran DPD RI

oleh -249 views
oleh
249 views
Irfendi Arbi satu dari 20 lebih Bakal Calon DPD RI Dapil Sumbar serahkan berkas ke KPU Ri sesua ijadwal ditetapkan. 23.59 Win, Kamis 29 Desember 2022.(cop)

Oleh: Ilhamsyah Mirman

Founder RRc

PERINTAH ANIES“, celetuk spontan seorang tokoh politik saat perbincangan mengenai proses pendaftaran Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) daerah Sumatera Barat. Informasi kepastian pendaftaran mantan Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi menjadi topik hangat diskusi lapau siang itu. Tegas.

Sebagai figur kenyang pengalaman politik dan pemerintah, info Irfendi Arbi alias Mak Pen, panggilan akrabnya, yang ikut kontestasi ini sungguh mengagetkan.
Peluang ‘calon jadi’, bukan sekedar ‘jadi calon’ partai yang diprediksi bakal ‘kinclong’ di Pemilu 2024 seakan dilepaskan begitu saja.

Kedekatan sebagai aktivis maupun visi kenegaraan sesama tokoh politik ‘independen’ dengan calon Presiden Anies Baswedan menjadi garansi, sekiranya bergabung menuju Senayan di Daerah Pemilihan Sumbar 2.

Praktis dari nama-nama yang mengapung, partai besutan Surya Paloh tersebut menawarkan posisi atas, berlaga memperebutkan satu di antara 6 (enam) kursi. Meski harus melewati sejumlah syarat, namun peluang terpilih cukup terbuka.

Menjadi pertanyaan besar sejauhmana akurasi kalkulasi seorang Irfendi Arbi kala ikut mendaftar dan dinyatakan sah oleh KPU Sumbar, tepat pukul 23.50 Kamis 29/12-2022 sebagai Bakal Calon DPD RI Dapil Sumbar Pemilu 2024.

Fenomena Mak Pen

Keyakinan Sang pemerhati politik akan adanya faktor lain yang menyebabkan peluang menikmati kursi empuk sebagai anggota DPR RI diganti ber’jibaku’ di medan luas satu propinsi, terjawab lugas saat konferensi pers di media center KPU Sumbar.

Keinginan memperkuat peran kelembagaan DPD dengan menjadi jembatan ke pusat tanpa harus tersekat oleh perbedaan warna politik menjadi dasar utama. Bahkan tekad penghubung lintas partai dengan merangkai lobby keberbagai sumber memanfaatkan semangat membangun kampung halaman yang tertanam dijiwa setiap perantau, bakal dijalani.

Posisi independen menjadi satu kekuatan moral yang menguntungkan. Relasi dengan tokoh politik nasional terdokumentasi dengan baik. Presiden Joko Widodo di era terkini, atau masa pemerintahan SBY, bahkan ditarik jauh ke zaman Orde Baru pun Mak Pen relatif berhasil membangun hubungan kondusif. Termasuk tentunya dengan Gubernur Mahyeldi yang notabene kolega sealmamater di Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

Harapan yang sangat realistis mengingat jumlah perantau, berkisar 6-7 juta, jauh lebih banyak ketimbang yang tinggal di Sumbar. Umumnya mereka memilik karier dan peran strategis, baik di kalangan pemerintahan, pengusaha, eksekutif BUMN, perusahaan multinasional, hingga berkiprah di kancah global. Siapa yang ‘manggambaloi’ sanak saudara kita yang bertebaran di delapan penjuru mata angin.

Pemerintah Daerah Sumbar di masa Gubernur Irwan Prayitno merintis pemberdayaan potensi dengan Biro Kerjasama Rantau, namun belakangan di’likuidasi’ Kemendagri. Sangat disayangkan sebenarnya, namun demikian aturan tata pemerintahan. Hingga saat ini tidak bisa leluasa memaksimalkan peran dan merajut potensi rantau secara kelembagaan.

Peluang yang diperjuangkan anggota DPD, sangat menarik dan potensial mendongkrak kemajuan negeri. Sebagai pemegang amanah resmi ‘Utusan Daerah’ berstatus pejabat negara, dengan segala kewenangan formal dan finansial, ditunjang kekuatan kultural yang mengakar disanubari para perantau. cocok dengan tipikal Mak Pen.

Kedekatan dengan berbagai kalangan yang ditoreh sejak beliau di organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan, seperti KNPI, ditambah pengalaman sebagai anggota DPRD serta jejak harum menjalani roda pemerintahan daerah, memperkuat keyakinan tersebut.

Peran strategis DPD, Mimpikah ?

Ketimbang mengeluhkan kewenangan yang dimiliki atau sibuk memperjuangkan kedudukan agar setara dengan saudara tuanya di DPR sebagaimana yang sampai hari ini diperjuangkan oleh 132 senator, maka tekad seorang Irfendi Arbi patut diacungkan jempol.

Memang memperjuangkan marwah lembaga penting, namun jauh lebih bermakna menjadi garda terdepan penyambung lidah daerah di pentas nasional. Maka kata kunci ‘maju basamo‘ yang berulangkali disampaikan di muka wartawan tak bisa dikesampingkan. Semangat berkompetisi khas Sumatera Barat, pemilu badunsanak tak lupa diingatkannya.

Maka keramahan menyapa serta kesempatan motivasi yang diberikan kepada 2 (dua) anak muda saat mendaftar, Yudistira dan Devie Erawati, bukan sekedar lips service. Namun timbul dari hati yang memang ingin melihat kemajuan daerah, agar mampu mengejar ketertinggalan. Di tangan anak muda pantang menyerah inilah kolaborasi terbangun. Berbungkus semangat silaturrahim saling memberi yang terbaik untuk negeri dan nagari.

Mimpi besar yang Kamis malam berganti hari sebagai batas akhir pendaftaran di KPU berhasil dilalui dengan hangat. Cuaca dingin diiring rintik gerimis membasuh para calon senator Sumatera Barat tersebut.

Di tangan empat di antara mereka masa depan daerah yang terkenal dengan pejuang dan perjuangan kesamaan relasi pusat-daerah bakal ditentukan. Di tangan pemilih Sumbar yang dikenal cerdas dan rasional serta anti membeli kucing dalam karung, sebagai penentu.

Penutup

Meski masih harus mengikuti tahapan berikutnya, namun Irfendi ‘Mak Pen’ Arbi, Arif ‘Pujangga dari Selatan‘ Yumardi, Fitri Nora, Desrio, Yan Firdaus bersama tiga incumbent dan belasan calon lainnya, serta mantan Ketua DPD Irman Gusman.

Meski nama yang terakhir ini lebih percaya kepada Laision Officer (LO) atau Penghubung, ketimbang hadir langsung menyapa publik di lokasi kantor KPU. Namun yang jelas mereka telah membentangkan layar, mari kita ‘pantengi’ dan ‘kuliti’, untuk kita pilih. Harapan agar yang terbaik untuk Sumbar berkemajuan..(analisa)