Tentang 500 Mahasiswa Unand Terancam Berhenti, Ini Bantahan Dirjen Dikti..

oleh -313 views
oleh
313 views
500 mahasiwa terancam berhenti kuliah, Dirjen Dikti bantah soal KIP-K mereka, Selasa 31/1-2023. (dok/unand)

Padang,— Heboh berita 500 mahasiswa UNAND pemegang Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) terancam berhenti karena tidak sanggup bayar Rp 28 juta dan uang semester sekitar Rp 7,5 juta.

Infonya KIP-K 500 mahasiwa itu tidak lolos verifikasi dilakukan UNAND, pernyataan ini disampaikan Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Riset dan Teknologi Kemendikbudristek, Nizam dikutip daro Pedeks-jawapos, Selas 31/1-2023.

“KIP-K itu masih ada itu programnya Pemerintah. Soaly 500 mahasiswa UNAND diberitakan itu, faktya adalah mahasiswa tersebut memang tidak layak mendapat bantuan pemerintah, berdasarkan hasil verifikasi. Saya sudah tanyakan ke Rektor UNAND Pak Prof Yuliandri. Dari penjelasannya, ternyata mahasiswa tersebut bukan mahasiswa KIP-K dan tidak pernah menerima KIP-K. Melainkan mahasiswa yang masuk melalui skema KIP UNAND,” ujar Nizam.

Bahkan Dirjen Dikti Riset ini menegaskan, program KIP-K untuk anak kurang mampu. Otomatis kalau tidak masuk kategori tersebut maka harus membayar biaya kuliah seperti anak mampu lainnya

“Mahasiswa tersebut setelah diterima, diverifikasi apakah termasuk keluarga miskin yang berhak menerima KIP atau tidak. Kalau tidak termasuk keluarga miskin ya tidak digratiskan, tapi membayar sesuai kemampuan orang tuanya,” imbuh Nizam.

Lebih lanjut, Nizam memastikan program KIP-K masih berlaku. Bila mahasiswa tersebut memang tidak mampu dan memiliki prestasi akademik yang baik, maka berhak atas beasiswa tersebut.

“KIP-K masih ada, tapi KIP-K untuk keluarga yang tidak mampu atau betul-betul membutuhkan bantuan,”ujar Nizam dikutip dari padeks.

Nizam mengatakan, bagi mahasiswa dengan kategori mampu harus membayar biaya kuliah secara normal. Bagi mahasiswa mampu namun mengajukam KIP-K, maka akan langsung dicoret saat proses verifikasi.

“Saya minta para Rektor PTN untuk memastikan tidak boleh ada mahasiswa sampai tidak bisa kuliah karena alasan ekonomi. Tapi sebaliknya juga orang tua atau mahasiswa jangan mengaku miskin dan mengambil hak temannya yang lebih membutuhkan. Yang mampu membayar sesuai kemampuan, yang tidak mampu dibantu,” tegasnya.

Selain itu, kata Nizam untuk mahasiswa yang sudah berjalan proses perkuliahan namun mendadak menjadi tidak mampu membayar kuliah, maka bisa mengajukan  KIP-K.

“Apabila memenuhi syarat, maka beasiswa bisa diberikan, meskipun saat awal masuk kuliah bukan penerima manfaat,” ujar Nizam.

Seperti diberitakan kemarin beberapa mahasiswa dan orang tua mengadu ke tokoh Sumbar Muhammad Zuhrizul yang juga Alumni UNAND. Mereka mengadu soal terancam tidak bisa lanjut ke semester 2  karena dianggap tidak terdata di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Mereka diharuskan membayar Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) dan Uang Kuliah Tunggal (UKT) pada semester kedua di tahun pertama kuliah. Nilainya sekitar Rp 28 juta.

Para mahasiswa itu bersurat ke Gubernur Sumbar Mahyeldi pada 25 Januari 2023, para mahasiswa menyampaikan permasalahan yang mereka hadapi demi kelanjutan masa depan pendidikan di UNAND.

“Kami mahasiswa dari berbagai jurusan mendapat permasalahan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) di jalur mandiri karena ketidakmampuan orang tua kami yang sebagian berstatus yatim dan dhuafa,” ungkap mahasiswa itu dalam suratnya ke gubernur.

Mereka mengungkapkan mengambil kesempatan program pemerintah melalui program KIP Kampus Merdeka dan lulus di berbagai jurusan dan fakultas.

Alhamdulillah dari pertama kami diterima di UNAND melalui program KIP Kampus Merdeka, kami tidak dipungut biaya karena menggunakan kartu KIP-K. Sudah satu semester dan mengikuti UAS di jurusan masing-masing,” tulis mahasiswa itu.

Nah, ketika akan memasuki semester kedua, tiba-tiba mereka digugurkan dengan alasan tidak terdata dalam DTKS. Mereka mengaku tidak pernah disurvei dan pemegang kartu KIP-SMA.

Untuk melanjutkan kuliah semester kedua, mereka diharuskan membayar SPI dan UKT yang nilainya puluhan juta rupiah.

“Dari mana kami dapat biaya sebesar itu. Sedangkan kami tidak memiliki orangtua laki-laki dan hanya mengandalkan perjuangan seorang ibu yang menghidupi kami sekeluarga,” ungkap mahasiswa lainya sat bercerita pedih hidup keluarga ke Muhammad Zuhrizul.

Mahasiswa Miskin Nekat Ambil Jalur Mandiri

Sementara soal kuliah ini, ternyata ada yang memang betuk-betul miskin, namun tekad ingin kuliah dan tamat kuliah bekerja, hanya satu ingin  bawa keluarga kelar dari lembah kemiskinan.

Ternyata si mahasiswa itu cerita dihimpun redaksi media ini, nekad ambil tes jalur mandiri dan lulus, lalu kuliah tanpa sepengetahuan orangtuanya yang miskin.

Kini asa dan cita mereka bersama mahasiswa lain untuk menggapai sarjana harus pupus karena KIP-K tidak punya.

Infonya UNAND sendiri sudah memberitahukan ini dari awal. solusinya cicil biaya uang masuk dan semester atau diserahakan ke Dekan di berbagai Fakultas di UNAND untuk mencarikan jalan keluar bagi mahasiswa yang terancam berhenti itu. (adr)