Waduhh Alpokat Asean Games Terancam, Febby Dt Bangso Segera Carikan Solusinya

oleh -470 views
oleh
470 views
Dt Febby (dua dari kanan) perlihatkan buah pokat super disuguhkan Kepada atlet Asian Games 2018 lalu, kini terancam akibat sarana jalan tak memadai akibatkan buah tu memar.rugikan kelompok tani, Minggu 17/2.(foto: fdb-network)

Pasaman Barat,—Masyarakat Indonesia pasti ingat buah Alpokat yang digandrungi atlet Asean Games 2018 lalu, merupakan buah yang tumbuh di bumi Pasaman Barat. Kini terancam bukan gagal panen akibat hama.

Padahal buah Alpokat tersebut, ketika Asean Games 2018 itu sengaja disuguhkan untuk dinikmati duta olahraga Asia karena kualitasnya yang super. Tak hanya ukurannya, tetapi isinya berkualitas di atas rata-rata pokat pada umumnya. Alpokat ditanam di tanah yang bagus dan dirawat secara telaten.

Kini, buah Pokat tersebut ditanam dan dipelihara masyarakat petani di Nagari Kotobaru, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat, Sumbar. Di sana masyarakat petani mengelola secara bersama melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Karya Bersama, harganya terancam jatuh

Gapoktan Karya Bersama merupakan gabungan dari 13 kelompak tani. Mengelola lahan pokat kualitas super ini di atas lahan seluas 900 Ha. Tapi, kini, persoalan mendera hasil pertanian, mengancam kelangsungan hidup Gapoktan dan anggotanya.

“Kami khawatir dengan kondisi jalan. Kami tak berdaya lagi,”ujar sejumlah anggota Gapoktan didampingi Yusriani Dwi Putri Nasti, Tenaga Ahli Pendamping Desa Kemendes PDTT di Pasaman Barat, ketika menerima kunjungan Staf Khusus Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) H. Febby Datuk Bangso dan rombongan.

Menurut Yusriani, masyarakat dan anggota kelompak tani sudah berusaha dan berjuang sekuat tenaga. Mereka secara bersama, telah membangun jalan dalam bentuk rabat beton, secara swadaya.

Panjangnya jalan yang dilalui agar produksi mereka sampai ke jalan utama, membuat mereka kewalahan juga. Kita masyarakat dan kelompok tani tersebut tak kuat untuk melanjutkan rabat beton tersebut.

Buntut dari persoalan tersebut, kata Yusriani, selain butuh waktu yang lebih lama, juga mengakibatkan pokat mereka memar. Buah pokat yang memar tersebut berpengaruh kepada nilai jualnya.

“Grid nilainya bisa turun, sehingga menurunkan pula harganya,”ujar Yusriani.

Keluhan Gapoktan itu, direspon Staf Khusus Mendes H. Febby Datuk Bangso yang memang sosok responsif soal ikon sebuah nagari atau desa selama ini.

Febby  langsung berkoordinasi dengan rombongan yang dibawanya. Terdiri dari Hasrul Edyar (Direktur Pulau-Pulau Kecil Terluar Ditjen PDT), Andre Ikhsan Lubis (Kasubdit Ketahanan Masyarakat Desa, Ditjen PPMD), Conrita Ermanto (Kasubdit Pengurusan Hak Atas Tanah Transmigrasi, Ditjen Pengembangan Kawasan Transmigrasi), Sugeng (Kasubdit wilayah I, Dit PKT Ditjen PDT).

“Persoalan ini akan kami bawa ke pusat dan berusaha secepatnya mencarikan jalan keluarnya. Insya Allah, tak ada yang tak bisa jika dikerjakan bersama,” ujar Datuk Febby, sapaan akrab H. Febby Datuk Bangso.

Datuk Febby mengungkapkan, jalan dimaksud butuh perlakukan khusus. Tak bisa hanya rabat beton.

“Kita akan duduk bersama dengan Kementerian PUPR. Masalah yang dihadapi masyarakat ini harus dituntaskan secepatnya,”ujar Febby dikenal.sebagai tokoh muda nasional soal memajukan desa atau nagari.

Febby tak ingin, pokat produksi Gapoktan Karya Bersama yang secara nasional sudah dikenal dan sudah memiliki pasarnya mengalami nasib buruk.

“Kami tidak akan membiarkannya. Produk Gapoktan ini sangat berkualitas, dan terancam tidak soal gagal panen tapi karena sarana jalan yang tidak mendukung,”ujar Datuk Febby. (rilis: fdb-network)