Padang--Lantunan ayat suci Al Quran yang dibacakan oleh Qari Internasional, Darwin Hasibuan, mengalun indah melalui pengeras suara Mushalla Al Jihad Komplek Bumi Taratak Permai Nagari Siguntur.Di saat bersamaan, dari samping rumah ibadah yang terletak di tepi hamparan sawah itu sekumpulan bebek mulai bergegas rapi keluar dari genangan lumpur menuju kandang bersama seorang pengembala. Matahari menampakkan wajah temaram di ufuk barat menandakan sebentar lagi akan malam.
Seperti biasanya, seorang bocah dengan tampilan sederhara itu hampir selalu terdepan menuju mushalla. Langkahnya sedikit dipercepat seolah tak ingin terlambat, sebentar lagi magrib segera tiba.Lalu Ia bergegas mengambil wudhu, dan sambil merapikan pecinya yang mulai memudar coklat itu duduk bersimpuh menghadap kiblat. Sesekali ia menoleh ke arah jam dinding menunggu waktu azan magrib dikumandangkan.
“Azanlah..!!,” begitu pinta seorang pria paruh baya mempersilahkan anak itu untuk memanggil hamba-hamba-Nya sejenak meninggalkan aktifitas duniawi dan bersujud kepada sang khaliq.Anak itu, walapun tidak menonjol di sekolah, namun soal keterampilan agama dia dapat diandalkan. Untuk ukuran sebaya, suaranya azannya cukup merdu untuk didengar. Apalagi lafalnya juga bagus. Makanya tak jarang ia diminta untuk mengumandangkan seruan untuk shalat.
Ba’da magrib anak itu tak langsung pulang. Seperti kebiasaan anak pada umumnya, Ia masih menyempatkan diri bermain dengan teman sebaya. Berlarian ke sana kemari main petak umpet di sekitar mushalla.“Faidil, jadi kamu mau bersunat kan?” tanya seorang pria menegaskan kembali apa yang disampaikan kemaren pagi.
“Iya om, tapi bapak katanya belum punya duit, liburan tahun besok mungkin,” jawabnya lirih.“Ya sudah, bilang sama bapak, siapkan foto copy kartu keluarga dan KTP, Senin besok kamu khitan, ikut om” ujar pria pengurus RT itu.
Faidil Rahman, begitu nama lengkapnya. Bocah 10 tahun itu memang dari tahun kemaren ingin seperti teman-teman sebaya yang telah melangsungkan khitanan.Di komplek tempat keluarganya mengontrak rumah, hanya berdua saja yang belum sunatan. Namun walaupun masih bocah Faidil bukanlah seorang penuntut. Ia tak pandai memaksa bapaknya meskipun sebenarnya sangat ingin berkhitan tahun ini.Dia paham betul keadaan bapaknya yang hanya seorang buruh tani. Apalagi bapaknya mesti menghidupi dia bersama tiga orang saudara lainnya. Tak setiap waktu ada orang yang menawarkan pekerjaan buat bapanya.Bahkan kenyataan pahit harus ia terima manakala harus ditinggal ibunya menghadap Allah saat baru pandai melangkah. Dewasa sebelum waktunya, begitulah mungkin situasi yang tepat untuk menggambarkan kegetiran hidup Faidil.
Tapi harapannya untuk berkhitan seperti teman sebayanya yang rata-rata anak-anak dari golongan mampu itu menemukan titik terang manakala Kejaksaan Negeri Dharmasraya menggelar bhakti sosial dalam rangka Hari Bhakti Adhyaksa (HBA) ke 64 Tahun 2024 dan Hari Ulang Tahun (HUT) Adhyaksa Dharmakarini ke XXIV, Senin (08/07/2024)Putera dari Wandy (37) itu menjadi salah satu dari 121 orang anak yang mendapat kesempatan memperoleh khitanan gratis. Faidil didaftarkan tetangga karena turut simpati dengan ketabahan dan kesopanan anak itu.
Saking semangatnya ingin berkhitan, subuh-subuh buta Faidil sudah siap berangkat ke Kejari Dharmasraya. Tak sedikitpun rasa takut tersirat di wajah mungilnya menghadapi operasi kecil itu sebagaimana rekan-rekan sebayanya.Bahkan Faidil mendapat mendapatkan atensi khusus dari Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Dharmasraya, Ariana Juliastuty untuk berfoto bersama, beserta seluruh tenaga medis yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Dharmasraya dan Ketua Baznas Dharmasraya, Z Lubis, setelah selesai berkaitan.
“Faidil senang?” tanya Ariana kepadanya dengan penuh ketulusan.“Senang buk !” jawab Faidil malu-malu.
Editor : Adrian Tuswandi, SH