Padang, - Upaya pelestarian lingkungan kembali digaungkan melalui kegiatan Aksi Naturavita x EnviroXplore yang berlangsung di kawasan pantai Jambak Kota Padang. Kegiatan yang melibatkan 100 orang volunteer ini berfokus pada penanaman 450 bibit mangrove dan 37 bibit pinago sebagai bagian dari gerakan nyata menjaga ekosistem pesisir.
Acara ini mendapat dukungan dari Rumah Zakat dan Asik.id selaku pihak kolaborator. Selain itu juga ikut serta kolaborasi bersama Pengawasan Mangrove Pasia Nan Tigo. Kehadiran berbagai elemen tersebut menunjukkan pentingnya sinergi komunitas, mahasiswa, komunitas dan lembaga masyarakat dalam merawat lingkungan.
Pembukaan Acara dan Edukasi Mangrove
Kegiatan dibuka dengan sambutan oleh Safarina, perwakilan Rumah Zakat, yang menekankan pentingnya kepedulian bersama terhadap keberlanjutan ekosistem pesisir. Acara kemudian dilanjutkan dengan doa bersama agar aksi penanaman berjalan lancar dan membawa keberkahan bagi lingkungan dan semua orang yang merasakan manfaatnya.
Momentum ini semakin bermakna dengan pemaparan materi dari Dr. Ir. Eni Kamal, M.S., pakar mangrove yang telah berkecimpung sejak tahun 1991. Dalam paparannya, Eni menjelaskan bahwa jenis pohon yang ditanam adalah bakau, salah satu komponen utama ekosistem mangrove yang hidup di kawasan pasang surut laut.
“Penanaman mangrove tidak hanya menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga mempererat kebersamaan mahasiswa lintas program studi untuk bekerja sama dalam menjaga alam. Mangrove mampu menyerap karbon dan menghasilkan oksigen lima kali lebih banyak dibanding tumbuhan darat lain,” jelas Eni.
Ia menambahkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia disarankan menanam hingga 6.000 hektar mangrove untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan menjaga keseimbangan ekologi. Selain itu, Eni mengapresiasi antusiasme para mahasiswa dan mengundang mereka untuk melanjutkan penelitian terkait mangrove di Universitas Bung Hatta.Aksi Penanaman Bibit Mangrove
Setelah sesi edukasi, kegiatan berlanjut dengan aksi nyata: penanaman mangrove di kawasan pantai. Sebanyak 487 bibit (450 mangrove dan 37 pinago) dibagi ke dalam enam kelompok volunteer.
Setiap kelompok menanam rata-rata 75 bibit mangrove, dengan teknik penanaman lima bibit dalam satu lubang agar tumbuh lebih optimal. Kegiatan ini dipandu langsung oleh koordinator lapangan serta penanggung jawab program yang memastikan proses penanaman berjalan sesuai standar.
Eni menekankan bahwa butuh waktu lebih dari satu tahun agar bibit bakau dapat tumbuh maksimal. Meski membutuhkan proses panjang, langkah ini menjadi pijakan awal bagi terbentuknya dua kampung mangrove di Sumatera Barat yang diharapkan mampu menjadi pusat edukasi sekaligus kawasan ekowisata.
Harapan untuk Generasi Mendatang
Selain memberikan manfaat ekologis, kegiatan ini juga membawa pesan sosial yang kuat: menjaga alam adalah tanggung jawab bersama. Dengan adanya aksi ini, diharapkan masyarakat, khususnya generasi muda, lebih peduli terhadap lingkungan pesisir.
Editor : Redaksi
