Flores,—‘Duko Mudo’, ninik moyang orang Wae Rebo, Manggarai, Flores Nusa Tenggara Timur, diyakini berdarah Minangkabau.
Setelah memutuskan keluar dari kampung Todo yang dibangun bersama adiknya, Duko Mudo hidup nomaden, hingga menemukan sebuab dataran di sebuah lembah.
“Nama Wae Rebo baru disebut setelah ninik moyang kami itu bermimpi, sebelumnya kampung adat Wae Rebo nan fenomenal itu belum ada nama, nama Wae Rebo dari mimpi Duko Mudo,” ujar keyword Way Rebo Blesius di Desa Dange, Rabu 14/8 kepada tim Ekspedisi Merdeka Jurnalis Sumbar Menapak ada Minangkabau di Tanah Flores yang disuport oleh Dirjen PDTU dan Humas Kemendes PDTT.
Kini Wae Rebo pun mendunia, ada tujuh rumah kubus beratapkan ijuk di dasar lembah yang mencapainya harus mendaki bukit selama dua jam perjalanan.
Nuansa Minangkabau sangat kental kalau di Minangkabau Sumbar dikenal kain songket, maka di Wae Rebo kata Blesius disebut Songke, dan di Sumbar Rumah Gadang Sembilan Ruang, sedangkan di rumah utama di dasar lembah itu ada delapan ruang yang merupakan delapan keturunan orang Wae Rebo.
“Tidak mudah ke Wae Rebo bro, tapi kami harus sampai sebab ada semangat untuk menapak jejak anak Minangkabau di sana,”ujar anggota tim Ekspedisi Merdeka Agusmardi.
Lelah, capek sehabis mendaki melewati tanjakan dari pos 1 hingga pos 3, sampai di Wae Rebo tim disambut secara adat sebagai syarat beraktifitas di Wae Rebo.
“Sirna semua kelelahan ke Wae Rebo setelah disebut dari Minangkabau, mulai tetua kampung adat hingga warga Wae Rebo menyambut kami dengan sebutan saudara,”ujar Adrian yang kini menjadi Ketua Komisi Informasi Sumbar.
Bahkan di rumah utama dilambangkan dengan tanduk kerbau di puncak rumah kubus itu ada gong persis sama dengan aguang di minang.(rilis)
