MAHATHIR MOHAMAD

oleh -1,054 views
oleh
1,054 views

Oleh:                                                          Arifki Chaniago

PADA umur 92 tahun Mahathir Mohamad terpilih sebagai Perdana Mentri (PM) Malaysia mengalahkan petahana Najib Razak. Petahana yang juga mantan murid Mahathir dalam politik.

Terpilihnya Mahathir sekaligus menjadikannya PM tertua di dunia. Uniknya kemenangan Mahathir, ia bukan diusung oleh UMNO, partai yang belum pernah kalah sejak Malaysia merdeka.

Partai yang tergabung dalam Barisan Nasional (BN) yang sekarang dikendalikan Najib kalah dari koalisi oposisi Pakatan Harapan. Duet Anwar Ibrahim dengan Mahathir menumbangkan Najib, jadi, ini lah bentuk fenomena politik menarik Malaysia. Anwar adalah musuh Mahathir ketika ia menjabat sebagai PM, bahkan Mahathir menghentingkan pengaruh Anwar dengan memenjarakannya. Tetapi, sekarang mereka berteman untuk menumbangkan Najib.

Setelah dinobatkan sebagai PM sah Malaysia Mahathir katanya akan menjabat hanya dua tahun. Setelah itu kursi PM akan diserahkannya kepada Anwar. Apakah ini cara Mahathir menebus dosa masa lalunya? . Bahwa kesempatan yang pernah ia berikan kepada Najib salah dan kriminalisasi yang ia lakukan terhadap Anwar juga salah.

Kita akan lihat bagaimana Mahathir menyerahkan kursi kepemimpinannya kepada Anwar. Apakah ia akan menyerahkan itu atau ia punya rencana lain terhadap kepemimpinan Malaysia masa depan?.

Yang perlu jadi catatan terpilihnya Mahathir bukan gagalnya regenerasi kepemimpinan Malaysia. Tetapi, kesempatan politik Malaysia yang belum terbuka seperti Indonesia dan negara lainnya.

Jika kita tonton lagi video kampanye Mahathir. Ia mengajak kaum muda terlibat untuk memperjuangkan masa depan Malaysia. Ia jadi ikon pemersatu gerakan untuk menumbangkan kepemimpiman Najib.

Mahathir membuat sejarah menarik ketika ia telah pensiun politik. Ia kembali turun ke gelanggang untuk jadi lem perekat persatuan kekuatan oposisi melawan Najib. Musuh jadi teman dan murid jadi lawan.

Apabila saya lempar pertanyaan, ada tiga kekuatan politik yang dominan di Indonesia sekarang ini. Apakah skema politik ini bisa terjadi pada 2019?. Atau titik politik yang menurut saya dominan tidak bisa berbuat banyak dalam dinamika politik Indonesia. Atau, tiga titik itu telah menyerah kepada titik baru yang menguasai dua titik lainnya.

Apa titik yang saya maksud? Tanya sendiri dan jawab dalam hati.

MAHATHIR MOHAMAD

Pada umur 92 tahun Mahathir Mohamad terpilih sebagai Perdana Mentri (PM) Malaysia mengalahkan petahana Najib Razak. Petahana yang juga mantan murid Mahathir dalam politik.

Terpilihnya Mahathir sekaligus menjadikannya PM tertua di dunia. Uniknya kemenangan Mahathir, ia bukan diusung oleh UMNO, partai yang belum pernah kalah sejak Malaysia merdeka.

Partai yang tergabung dalam Barisan Nasional (BN) yang sekarang dikendalikan Najib kalah dari koalisi oposisi Pakatan Harapan. Duet Anwar Ibrahim dengan Mahathir menumbangkan Najib, jadi, ini lah bentuk fenomena politik menarik Malaysia. Anwar adalah musuh Mahathir ketika ia menjabat sebagai PM, bahkan Mahathir menghentingkan pengaruh Anwar dengan memenjarakannya. Tetapi, sekarang mereka berteman untuk menumbangkan Najib.

Setelah dinobatkan sebagai PM sah Malaysia Mahathir katanya akan menjabat hanya dua tahun. Setelah itu kursi PM akan diserahkannya kepada Anwar. Apakah ini cara Mahathir menebus dosa masa lalunya? . Bahwa kesempatan yang pernah ia berikan kepada Najib salah dan kriminalisasi yang ia lakukan terhadap Anwar juga salah.

Kita akan lihat bagaimana Mahathir menyerahkan kursi kepemimpinannya kepada Anwar. Apakah ia akan menyerahkan itu atau ia punya rencana lain terhadap kepemimpinan Malaysia masa depan?.

Yang perlu jadi catatan terpilihnya Mahathir bukan gagalnya regenerasi kepemimpinan Malaysia. Tetapi, kesempatan politik Malaysia yang belum terbuka seperti Indonesia dan negara lainnya.

Jika kita tonton lagi video kampanye Mahathir. Ia mengajak kaum muda terlibat untuk memperjuangkan masa depan Malaysia. Ia jadi ikon pemersatu gerakan untuk menumbangkan kepemimpiman Najib.

Mahathir membuat sejarah menarik ketika ia telah pensiun politik. Ia kembali turun ke gelanggang untuk jadi lem perekat persatuan kekuatan oposisi melawan Najib. Musuh jadi teman dan murid jadi lawan.

Apabila saya lempar pertanyaan, ada tiga kekuatan politik yang dominan di Indonesia sekarang ini. Apakah skema politik ini bisa terjadi pada 2019?. Atau titik politik yang menurut saya dominan tidak bisa berbuat banyak dalam dinamika politik Indonesia. Atau, tiga titik itu telah menyerah kepada titik baru yang menguasai dua titik lainnya.

Apa titik yang saya maksud? Tanya sendiri dan jawab dalam hati.(analisa)