Refleksi Politik 2020, Akhir Dominasi Gerindra di Sumatera Barat ?

oleh -429 views
oleh
429 views
Tommy TRD (foto: dok)

Oleh: Tommy TRD

GERINDRA, partai politik yang begitu dominan di Sumatera Barat pada dua Pemilu dan Pilpres terakhir terlihat mulai bergerak dari titik puncaknya menuju akhir dari sebuah masa emas. Seperti seorang atlet, Gerindra di Sumatera Barat terlihat seperti atlet yang sudah melewati peak performance, atau performa puncaknya.

Hal ini bisa dilihat dari hasil Pemilihan Gubernur Sumatera Barat 2020 yang hampir dapat dipastikan gagal dimenangkan oleh calon yang diusung oleh Gerindra. Padahal pada 2 pemilu dan pilpres terakhir, Gerindra adalah rajanya Sumatera Barat. Lalu apa yang terjadi pada Gerindra di Pilgub Sumbar 2020 ? Mari kita coba kupas satu per satu.

Pertama, secara kepartaian atau kelembagaan sebuah partai politik, Gerindra kalah kelas dari PKS yang memang partai kader. Gerindra terjebak pada paradigma kepartaian di Indonesia, yang cenderung one man show dan kaderisasi yang instant.

Sosok Prabowo Subianto adalah satu-satunya sosok Gerindra yang dikenal khalayak umum di Sumatera Barat. Namun sejak bergabungnya Prabowo ke dalam kabinet Jokowi-Maaruf, penilaian positif masyarakat Sumbar turut tergerus. Ditambah lagi kompetitor politik Gerindra di Pilgub 2020 bukanlah anak kemarin sore. Sehingga perubahan eskalasi politik di tingkat nasional itu bisa dikemas maksimal oleh mereka.

Kedua, pergantian Ketua DPD Gerindra dari Nasrul Abit ke Andre Rosiade bisa jadi bertujuan baik, namun Gerindra seperti menunjukan kelengahan dalam menjaga stabilitas. Stabilitas Gerindra di bawah kepemimpinan Nasrul Abit jelas akan mengalami goncangan, turbulensi. Langkah-langkah strategis dan taktis yang sudah disiapkan oleh Nasrul Abit dalam memghadapi Pilgub otomatis tidak akan berjalan optimal, atau bahkan tidak akan berjalan sama sekali.

Keputusan penggantian panglima Gerindra di Sumbar ini pun cukup unik, mengingat latar belakang Prabowo Subianto yang merupakan Jenderal tempur. Tidak ada pimpinan yang mengganti panglima yang memberikannya kemenangan pada masa perang. Oleh karena itulah kita mengenal nama-nama seperti Patton, McArthur, Montgomery, Bradley dan lain-lain itu.

Ketiga, sosok Andre Rosiade adalah politisi populer asal Sumatera Barat saat ini. Bahkan mungkin adalah salah satu yang terpopuler. Kinerjanya dalam mengunjungi masyarakat dan konstituennya tidak perlu diragukan lagi. Namun dalam memimpin Gerindra dalam kontestasi seperti Pilgub, jelas dibutuhkan seni kepemimpinan yang multidimensi.

Sumatera Barat tidak seperti Jakarta, Sumut atau Jatim yang mungkin terlalu straight to the point. Sumatera Barat belum bisa menerima leadership yang vulgar, walau itu benar sekalipun. Ada nilai-nilai adat yang masih dijunjung sangat tinggi di beberapa kabupaten dan kota. Namun terlepas dari semua itu, Andre Rosiade jelas telah menancapkan karakter dirinya sebagai politisi nasional yang berasal dari Sumbar.

Keempat, penangkapan Edhy Prabowo oleh KPK benar-benar datang di waktu yang tepat bagi kompetitor pasangan yang diusung Gerindra di Pilgub Sumbar 2020. Bagi kontestan lain penangkapan kader Gerindra tersebut adalah cherry on top pada sebuah kue tart bertingkat.

Pukulan demi pukulan itu memang tidak membuat Gerindra KO dengan tak sadarkan diri. Selisih 2 persenan itu bisa dikatakan, Gerindra hanya menurunkan satu lututnya karena kelelahan. Namun kondisi itu tetap mendapatkan hitungan dari wasit. Dan sayangnya mereka tak sanggup berdiri sebelum hitungan ke-10.(analisa)