Batang Galodo Lasi Agam Disurvey Tim BWS Sumatera V

oleh -1,415 views
oleh
1,415 views
Tim BWS Sumatera V bersama pemerintahan dan pemuda serta KSB Merapi lakukan survey Batang Galado Lasi Agam, Rabu 31/10 (foto: dok/ksbmerapi)

Agam,—Tim Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V survey Batang (sungai) Galodo Jorong Lasi Mudo Kecamatan Canduang Agam, Rabu 31/10 kemarin.

Survey dilakukan dikarenakan Batang Galodo termasuk salah satu kawasan zona merah dari empat zona merah yang terdapat di Agam Sumbar.

Surveyor BWS Sumatera V, Abdul Majid dan Maju Aritonang didampingi oleh Fauzi. S, STP., MA. (Camat Canduang), M. Zen Dt. Badindiang Basa (Ketua Kerapatan Adat Nagari Lasi, Edi Muhardi (Koordinator KSB Marapi), Agusni Pondri dan Musfan (anggota tim reaksi cepat KSB Marapi), Tibrani, SH. (staf Camat Canduang/Sekretaris KAN Lasi), M. Syawal (Wali Jorong Lasi Mudo), Ridwan Khadafi (Ketua Kesatuan Pemuda Lasi) dan M. Hasan dan Zul (pemuda Lasi).

Tim menyisir sungat tersebut, dari hulu Batang Galodo di bawah air terjun (Sarasah) Batang Pinang pada pukul 10.00 Wib pagi terus menyisir Batang Galodo sampai ke batas Nagari Lasi dengan Jorong Sitapuang Nagari Balaigurah hingga pukul 13.00 Wib siang.

Selain menyisir, tim survey dari BWS Sumatera V bersama komponen masyarakat dan Camat Canduang juga mempergunakan drone sehingga pemetaan jalur sungai sesulit apa pun medannya dapat dipantau dan dideteksi langsung, termasuk tingkat dan titik-titik rawan Batang Galodo tersebut.

Kegitan survey untuk pengerukan, pelebaran dan pengedaman (tanggul) dinding Batang Galodo secara mendadak dan tiba-tiba tersebut mengundang perhatian masyarat terutama yang bermukim pada DAS Batang Galodo, termasuk warga Pasar Lasi yang ramainya setiap Selasa dan Jumat tersebut.

M. Zein Dt. Badindiang Basa dan M. Syawal merasa takjup atas responsif yang begitu cepat dari pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian PUPR yang mana tidak beberapa hari surat permohonan untuk melakuakn pengerukan dan pelebaran ruas Batang Galodo menjadi 6 m x 6 m yang diajukan oleh KSB Marapi terealisasi dengan cepat, meskipun baru sebatas survey.

“Namun survey yang dilakukan itu adalah merupakan tahap awal untuk akurasi data oleh pihak Kementerian PUPR melalui BSW Sumatera V sebagai dasar pengambilan kebijakan kegiatan normalisasi Batang Galodo yang sekarang sedang membawa kerisauan dan kecemasan warga semenjak musim hujan ini,”ujar Pemehati Lingkungan Donny Magek Piliang. Kamis 1/11 kemarin kepada media ini.

Menurut  Koordinator KSB Marapi, Edi Muhardi sebagai aktivis lingkungan dan bencana alam itu bahwa Semenjak Galodo 1979 (galodo terbesar) hingga tiga kali Galodo setelahnya dan kondisi kecuraman tebing Gunung Marapi sebagai hulu dari Batang Galodo itu berada pada kemiringan 45˚-50”.

“Smentara Gunung Marapi adalah gunung berapi aktif sehingga tingkat pelapukan batuan dan matrial gunung cukup tinggi dan gempa pun sering terjadi baik gempa tektonik maupun vulkanik turut memicu terjadinya keretakan pada material gunung sehingga di kala musim hujan tak ayal lagi dan dapat dipastikan galodo akan terjadi,”ujar Edi.

Hal inilah yang menghantui masyarakat Jorong Lasi Mudo di sepanjang DAS Batang Galodo itu, adalah wajar apabila Nagari Lasi secara umumnya termasuk salah satu wilayah rawan bencana (zona merah), selain tiga kecamatan lainnya di Kabupaten Agam.

“Hal ini lah yang mendasari permohonan kami kepada Kementrian PUPR untuk mendapatkan bantuan revitalisasi Batang Galodo, karena sudah lama dan sudah beberapa kali kami menyampaikan keluhan ini tidak mendapat tanggapan dari pemerintah daerah. Sudah sepatutnya pihak instansi terkait menjadikan DAS Batang Galodo ini menjadi skala perioritas dan perhatian khusus, setidaknya karena termasuk empat zona merah di Kab. Agam, Prov. Sumatera Barat. Sedangkan akibat galodo itu selalu memakan korban nyawa manusia, selain harta benda dan mata pencarian penduduk terutama yang lahan pertaniannya ‘dihampai’ galodo dan atau karena embung-embung airnya telah porak poranda oleh matrial gunung yang dihanyutkan, termasuk pasar, perkantoran dan sekolah yang berada pada zona merah tersebut,”ujar Edi Muhardi.

Gayung bersambut kekhawatiran masyarakat Lasi, kata Edi berkat komunikasi intensif Donny Andri Magek Piliang, yang merupakan sahabat, dari ANTV dan kabarpolisi.com dalam menyikapi surat permohonan tentang revitalisasi Batang Galodo tersebut dengan Maryadi, Kepala BWS Sumatera V pada Minggu lalu (28/10).

“Allhamdulillah terealisasilah survey tentang kondisi nyata Batang Galodo ini. Responsif dan tindakan cepat dari Bapak Maryadi terkesan melayani itu adalah juga mencerminkan sikap pemerintah pusat terutama Kementrian PUPR akan berbagai persoalan masyarakat desa, adalah sangat menyenangkan hati kami” ujar Edi.

Melalui media ini Wali Jorong Lasi Mudo Syawal mewakili pemerintahan Nagari Lasi bersama M. Zen Dt. Badindiang Basa, Ketua KAN Lasi didampingi Tibrani, SH (Sekretaris KAN Lasi), selain mengungkapkan ketakjubannya itu sekaligus menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada KSB Marapi Nagari Lasi.

“Sebelum ada repson BWS Sumatera V, kami warga Lasi setiap musim hujan selalu gelisah akan kondisi alam dan bencana yang akan menimpa nan tanpa letih berusaha terus menerus mencari solusi dan jalan pemecahan untuk mendapatkan bantuan semacam ini,”ujar Syawal.

Masyarkat Lasi berterimakasih kepada Donny Magek dan Maryadi, kepala BWS Sumatera V dan umumnya jajaran Kementrian PUPR di Jakarta atas uluran tangannya sehingga reaksi cepat pemerintah pusat untuk revitalisasi Batang Galodo tersebut.

Camat Canduang Fauzi mengatakan kedatangan tim survey dari BWS Sumbar yang turun langsung ke lokasi dari awal sampai selesai.

“Melihat kondisi Batang Galodo yang memang sempit dan dangkal tersebut memang sangat perlu dilakukannya pengerukan, pelebaran dan pengedaman tebing Batang Galodo itu sesegera mungkin sebagaimana permohonan KSB Marapi tersebut. Setidaknya dapat meminimalisir banyaknya jatuh korban apabila memang suatu saat nanti Allah, mentakdirkan galodo itu terjadi, tentunya kita berharap apapun bentuk musibah dan mencana terhindarlah hendaknya,”ujar Fauzi.

Kalau pun apa yang menjadi kecemasan itu tidak terjadi maka sudah pasti rasa nyaman warga akan tercipta serta lahan-lahan pertanian ± 75 ha di kanan dan kiri Batang Galodo itu akan dapat diairi kembali dengan lancar.

“Karena kita berbaik sangka bahwa sudah pasti embung atau tanggul irigasi dengan saluran primer dan tersier di pinggir tebing Batang Galodo itu akan dibangun pula sejalan dengan revitalisasi Batang Galodo tersebut,”ujar Fauzi.

Menimpali penyampaian camat Canduag tersebut Ketua Pemuda Lasi, Ridwa Khadafi menambahkan bahwa dengan kondisi badan sungai seperti sekarang ini dan terjadi musibah galodo tersebut maka bencana itu juga akan menjadi beban nasional karena akibatnya dapat dikatagorikan sebagai bencana nasional, setidaknya.

“Adanya rencana pendalaman dan pelebaran badan sungai atau Batang Galodo itu merupakan tindakan preventif dalam meminimalisir korban, kalau bencama tidak kita inginkan bersama terjadi,”ujarnya.(rilis: ksbmerapi)