Bukittinggi, - Sumatera Barat resmi menjadi tuan rumah ASEAN Homestay Forum (AHF) II yang dilaksanakan oleh Dewan Pimpinan Pusat Indonesia Homestay Association (DPP IHSA). Forum pariwisata tingkat Asia Tenggara yang berfokus pada pengembangan homestay berkelanjutan dibuka di Istana Bung Hatta, Bukittinggi, dan berlangsung pada 7–11 Oktober 2025 dengan serangkaian acara dan agenda kunjungan ke pusat-pusat pertumbuhan homestay di Tanah Datar, Alahan Panjang (Solok), serta Kota Padang sebagai penutup.
Perjuangan panjang sejak menerima tantangan Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi di kompleks Istana Gubernur 6 (enam) bulan lalu untuk menggelar iven di ranah Minang, dijawab jajaran DPP IHSA dengan karya nyata.
Meski dalam kondisi serba terbatas dan minimnya dukungan sponsor, kegiatan yang dihadiri oleh Ketua Umum DPP Indonesia Homestay Association (IHSA) Alvy Pongoh, Presiden Asosiasi Homestay Malaysia Dato’ Hariman, serta sejumlah pelaku pariwisata dan pengelola homestay sejatinya merupakan satu kesatuan dari Pra-AHF di Yogyakarta (2022) dan AHF I di Tomohon, Sulawesi Utara (2023). Diharapkan dalam ajang ini menjadikan Sumbar sebagai pusat pengembangan homestay berkelanjutan ASEAN, sekaligus memperkuat kolaborasi lintas negara dalam pariwisata berbasis lokal yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, baik dari aspek ekonomi maupun sosial budaya.
Menurut Ilhamsyah Mirman, Koordinator Daerah IHSA Sumatera Barat yang juga Founder Ranah Rantau Circle (RRc), homestay di Ranah Minang memiliki kekhasan otentik, yaitu tumbuh dari sistem budaya matrilineal yang menempatkan perempuan sebagai pemilik (owner), pengelola rumah dan pilar ekonomi keluarga.
“Dengan AHF dan usaha homestay, bundo kanduang dan mak-mak nagari kini menjadi motor penggerak ekonomi lokal tanpa meninggalkan nilai adat, gotong royong, dan kearifan lokal, sekaligus momentum penting memperkuat jejaring, meningkatkan kualitas layanan, dan memanfaatkan peluang kerja sama ASEAN.” ujar Ilhamsyah.
Dalam sambutan pembukaan Ketua Umum DPP IHSA Alvy Pongoh menyoroti semangat tema acara “Homestay for Sustainable Future Tourism”, agar AHF II menjadi tonggak kebangkitan ekonomi nagari yang berdaya, berbudaya, dan berkelanjutan. Karena Sumatera Barat merupakan paket ‘komplit’ pariwisata. Delapan paket “komplit” pariwisata di Sumbar yaitu, (1) Potensi wisata sejarah, (2) Wisata seni dan budaya, (3) Wisata alam dan petualang, (4) Wisata kuliner, (5) Wisata kebugaran (wellnes tourism), (6) Wisata Olahraga (sport tourism), (7) Wisata bahari (marine tourism), dan terakhir (8) Wisata iven (event tourism).“Saat ini kita mengadakan event di Bukittinggi, besoknya di Batusangkar, Tanah Datar, lusanya di Solok, itu adalah bagian dari event tourism”. Singkat kata, “Semua yang dimiliki Sumbar ini potensi, paket komplit pariwisata yang berkualitas dan menuju workplace tourism destination Indonesia,” ujar Alvy dengan penuh semangat.
Sementara menurut President Malaysia Homestay Association , Tuan Dato Sahariman Bin Hamdan menitip pesan dalam upaya menaikankan image wisata desa ini yang paling penting, “yang pertama adalah membina keluarga bahagia”. “Kita tidak boleh membawa orang datang kerumah dengan muka yang masem. Jaga keluarga dulu, baru orang masuk rumah,” Dato Sahariman mengingatkan. Hotel, homestay, lanjut Tuan Dato, semestinya menjadi produk yang kedua. “Tuan rumahnya yang baik dan menjaga keselamatan jadi prioritas utama”.
Pesan simpatik dari jiran dengan berharap event ini menjadi ajang persatuan, penguat kolaborasi dan sinergi pelaku homestay se-Asean. Berat memang harapan tertumpang.
Dari acara dibuka secara resmi oleh Gubernur Sumbar diwakili oleh Kabid Ekraf Dispar Sumbar, Hendra Wahendra paling tidak bisa diambil gambaran semangat maju para pelaku usaha menuju homestay naik kelas kian besar peluang terwujud, sebagaimana yang selama ini menjadi tekad tak berbilang tahun Waketum IV DPP IHSA Muhamad Subari. Plong... Obsesi yang dalam dua tiga hari ini bergulir di ranah Minang, semoga bisa memberi manfaat bagi semua. (***)
Editor : Redaksi