Merdeka,—Banyak film layar lebar mengambil lokasi syuting di Sumbar dinilai positif bagi majunya pariwisata Sumbar. Hal ini disampaikan pelaku bisnis pariwisata di Sumbar H Febby Dt Bangso, Senin 28/8 di Padang.
Dt Febby pemilik Salam Wisata Indonesia, sekaligus Ketua Indonesia Congress dan Convention Asociation (INCCA) Sumbar mengatakan pemerintah daerah jangan pelit megapresiasi produsen film yang mengambil syuting filmnya di Sumbar.
“Pak Gubernur, pak Bupati atau Walikota jangan pelit mengapresiasi para produsen yang bikin film di sini apalagi, mengangkat kisah legenda dari tanah minang ini,”ujar Febby.
Bahkan pemerintah harus berperan aktif mendekati perusahaan nasional yang membuat iklan produknya agar syuting di Sumatera Barat.
“Kita harus mengapresiasi produsen apa itu film atau iklan produk yang menampilkan Sumbar, apakah objek wisata, pakaian adat atau pun kuliner khas Sumbar,”ujar Febby.
Menurut catatan Dt Febby prospek Sumbar menjadi lokasi syuting film layar lebar cukup membanggakan.
“Ada film Me vs Mami, Surau dan Silek, itu film tayang di Studio 21 serentak se indonesia, syuting filmnya di Sumbar dominan, ini tidak boleh luput dari perhatian kita, apa sih beratnya mengucapkan terimakasih atau mengajak dinner bareng sutradara dan pemain filmnya,”ujar Febby.
Bahkan dalam waktu dekat, ada film layar lebar Siti Nurbaya produksi Aletta Pictures, ini kata Febby sangat luar biasa bagi terkenalnya Sumbar ke seantaro Indonesia bahkan dunia.
“Film, saya anggap mampu memberikan kontribusi positif untuk kemajuan pariwisata Sumbar,”ujar Febby.
Lihat saja contoh film Laskar Pelangi
membuat Belitung jadi meningkat kunjungan wisatawannya.
“Saya kira film bernuansa minang sangat banyak kandungan nilai wisata yang bisa buat turis berkunjung ke Sumbar, lihat saja film Tenggelamnya Kapal Vanderwick, ini adalah film yang menggambarkan indah alam Sumbar. TInggal bagaimana praktisi pariwisata mengemasnya, bahwa film bagian promosi andal kenalkan Sumbar,”ujar Febby.(rian)
