Pentingnya Nama Ilmiah dalam Wisata Edukasi dan Ekowisata

oleh -346 views
oleh
346 views
(foto: dok)

Oleh: Muhammad Nazri Janra & Nurainas

(Dosen Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Andalas)

APALAH arti sebuah nama?”
Begitu ucapan terkenal dari Juliet terhadap kekasihnya Romeo di dalam roman terkenal dengan judul yang sama dengan kedua tokoh utamanya. Juliet mengambil perbandingan setangkai bunga mawar.

Jika bunga tersebut diberi nama lain selain mawar atau bahkan tidak bernama sama sekali, harumnya tidak akan berkurang bahkan sama persis. Seakan menegaskan bahwa nama tidak ada sangkut pautnya dengan sifat dan ciri khas bunga mawar yang dimaksud. Entah kenapa ucapan melankolis tersebut kemudian lebih terkenal dari kisah Romeo-Juliet, sebuah kisah tragedi yang ditulis oleh Shakespeare, seorang pujangga Inggris abad pertengahan.

Dari kisah tersebut, ungkapan itu sendiri kemudian merebak terbawa ke dalam banyak konteks percakapan sehari-hari.
Dalam banyak kesempatan, terdapat berbagai pembahasan tentang pentingnya arti nama terhadap suatu entitas. Semisal terkait penamaan seseorang, suatu tempat atau hal lainnya.

Pembahasan tersebut, walau terkesan bertentangan dengan ungkapan Shakespeare di atas, sebagiannya memang terpicu oleh makna dan tipikalitas dari ungkapan itu sendiri. Termasuk di dalam hal yang akan dibahas di dalam tulisan ini, yaitu bidang pariwisata tematik seperti wisata edukasi dan ekowisata yang beririsan dengan bidang biologi atau ekologi.

Wisata edukasi dan ekowisata sebenarnya bukan konsep yang baru, karena telah mulai dikenal hampir lebih dari setengah abad yang lalu. Konsep ini diciptakan oleh orang-orang yang ingin menikmati keindahan alam, tetapi sembari tetap melakukan sesuatu yang bermanfaat selain mendapatkan rileksasi dari aktifitas kehidupan sehari-hari.

Wisata edukasi mengajak penikmatnya untuk mendapatkan pengetahuan baru mengenai alam, kebudayaan atau aspek kemasyarakat di suatu tempat dengan melihat dan mempelajarinya secara langsung di lokasi aslinya. Sedangkan ekowisata lebih menekankan kepada aspek pelestarian alam di lokasi wisata, terutama dengan mengajak para wisatawan untuk meminimalkan dampak lingkungan mereka saat berwisata dan sekaligus juga mengajak masyarakat lokal terlibat di dalam skema kepariwisataan sambil melindungi lingkungan sekitar.

Dengan mencermati definisi kedua konsep wisata di atas, maka tidak berlebihan jika ‘nama’ atau ‘penamaan’ terhadap suatu entitas alam yang terlibat menjadi sesuatu yang penting di dalamnya. Seringkali wisata edukasi dan ekowisata menjadikan hewan, tumbuhan atau organisme lainnya sebagai daya tarik utama di lokasi wisata tersebut. Sehingga, mengenalkan beragam jenis tumbuhan dan hewan kepada wisatawan yang datang ke suatu lokasi wisata alam menjadi kunci penting yang akan menentukan ketertarikan wisatawan yang dating.

Tentunya, hal ini memerlukan konsep penamaan yang spesifik untuk jenis-jenis organisme yang diandalkan tersebut. Menggunakan nama lokal merupakan salah satu alternatif, tetapi yang paling sahih dan utama tentunya adalah dengan menggunakan nama ilmiah yang sifatnya lebih universal.

Yang dimaksud dengan nama ilmiah (scientific name) adalah suatu sistem penamaan terhadap beragam jenis makhluk hidup dengan menggunakan dua atau tiga kata dari Bahasa Latin atau yang dilatinkan. Sistem penamaan ini dimulai oleh Carolus Linnaeus, bapak Taksonomi dunia, sejak tiga abad yang lalu dengan tujuan untuk menjembatani perbedaan penamaan jenis-jenis hewan, tumbuhan dan makhluk hidup lain yang diakibatkan oleh perbedaan bahasa yang digunakan oleh penutur di masing-masing tempat di muka bumi.

Sehingga, dengan menggunakan nama ilmiah, setiap orang dimana pun berada dapat merujuk kepada jenis organisme yang sama tanpa terhadang berbedaan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. Dengan pemakaian nama yang sama, baik fonem atau pengucapannya, tanpa terpengaruh wilayah geografis ataupun kebudayaan masyarakat setempat, maka kekayaan jenis makhluk hidup di suatu tempat dapat diketahui dengan pasti.

Melazimkan penggunaan nama-nama ilmiah di suatu lokasi wisata edukasi dan ekowisata selain dapat memberikan pelajaran taksonomi sederhana kepada pengunjung, juga dapat memberikan gambaran kekayaan hayati di tempat tersebut. Lebih lanjutnya lagi, pengelola lokasi juga secara berkala dapat melakukan pemantauan kekayaan jenis di kawasannya tersebut dengan menghitung jenis-jenis baru yang mungkin belum tercatat sebelumnya.

Melalui identifikasi jenis dengan menggunakan nama ilmiah, setiap orang dapat mengetahui status dari jenis organisme tersebut; langka, tersebar luas, bersifat endemik, bersifat parasite, invasif dan lain sebagainya. Saat ini, telah banyak database online ataupun cetak yang dapat diakses dengan mudah untuk mengetahui informasi kunci tentang suatu organisme, selama diketahui nama ilmiah yang digunakan untuk organisme tersebut.an ini tentunya menjadi modal besar bagi para penggiat wisata edukasi dan ekowisata di Indonesia.

Di Sumatera Barat sendiri telah banyak berdiri situs-situs wisata edukasi dan ekowisata. Beberapa yang dapat disebutkan antara lain Air Terjuan Nyarai di Pariaman, Air Terjun Lembah Anai, Pulau Belibis di Solok, Lembah Harau Payakumbuh, termasuk Green Talao Park Nagari Ulakan yang tidak jauh dari Bandara Internasional Minangkabau di Padang Pariaman.

Sebagian dari lokasi ini dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat dengan fasilitas yang seringkali terbatas. Keterbatasan ini juga yang menyebabkan prioritas lebih diutamakan kepada jalan, bangunan atau sarana pendukung utama lainnya.

Fasilitas-fasilitas yang dapat membantu pengunjung untuk melakukan pengenalan kepada jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang ada di lokasi wisata alam, misalnya seperti papan nama, katalog interaktif dan lain sebagainya, menjadi terbatas atau tidak diprioritaskan.

Belum lagi ditambah dengan kurangnya pengetahuan tentang identifikasi jenis beserta sistem penulisan nama ilmiah yang bersifat informatif, membuat perhatian terhadap masalah nama-nama ilmiah ini makin terabaikan.

Memperhatikan geliat usaha di kawasan wisata edukasi dan ekowisata yang ada di Sumatera Barat, sebenarnya masih tetap dapat memberikan peluang pemasukan ekonomi walaupun secara global dunia masih terkungkung oleh pandemi Covid-19.

Wisatawan mancanegara memang masih dalam keadaan ‘dorman’ akibat larangan traveling lintas negara yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran wabah lebih lanjut. Tetapi secara lokal, wisatawan domestik yang haus akan hiburan di alam dapat menjadi sasaran dari beragam paket wisata yang disediakan, termasuk informasi-informasi berguna tentang kekayaan jenis hewan, tumbuhan dan lainnya yang ada di lokasi wisata.

Pengetahuan yang didapat, sedikit banyaknya akan dapat menimbulkan kesadaran pengunjung terhadap keberadaan jenis-jenis organisme tersebut dan tentunya diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk ikut serta dalam melestarikannya.
Sembari menunggu terbukanya kembali lalu lintas wisatawan mancanegara, melakukan kegiatan identifikasi dan penamaan jenis-jenis hayati yang ada di berbagai lokasi wisata edukasi dan ekowisata Sumbar dapat menjadi salah satu bentuk kegiatan persiapan tersebut.

Pengelola lokasi wisata dapat merangkul peneliti dan dosen dari perguruan tinggi yang ada di Sumatera Barat untuk membantu dalam kegiatan tersebut, karena mereka memiliki pengetahuan dan kemampuan terkait dengan identifikasi tersebut. Selain kemampuan pengenalan yang bersifat ilmiah tersebut, dosen dan peneliti di kampus memiliki skema dana pengabdian masyarakat yang dapat digunakan untuk pembiayaan kegiatan, sehingga pengelola kawasan bisa jadi tidak terbebani dalam melakukan kegiatan identifikasi organisme penting yang ada di kawasan wisata alamnya tersebut.

Persiapan ini mudah-mudahan tidak sia-sia. Ribuan sampai jutaan warga Eropa dan Amerika yang biasanya melancong setiap tahun ke wilayah Asia Tenggara sekarang ibaratnya sedang tertahan ‘hasrat’ berwisatanya akibat pandemik.

Mereka justru adalah yang paling melek dengan nama-nama ilmiah ini mengingat kemajuan pendidikan dan pengetahuan di negara-negara tersebut.

Menghadirkan kawasan wisata alam yang bukan hanya sekedar tempat berkunjung semata, tetapi juga dapat menambah ilmu pengetahuan bagi wisatawan (terutama dari mancanegara) sangat berpeluang untuk meningkatkan kunjungan dan tentunya pemasukan ekonomi bagi kawasan yang bersangkutan.(analisa)