Oleh: Irdam Imran, Pemerhati hubungan internasional bernuansa sufistik
Hubungan Indonesia dengan Palestina bukanlah kisah baru. Sejak awal kemerdekaan, dukungan Indonesia kepada Palestina menjadi bagian dari amanat konstitusi: “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.” Prinsip ini membuat Indonesia konsisten berdiri di sisi bangsa Palestina, dari era Adam Malik dan Yaser Arafat hingga kini di bawah Presiden Prabowo Subianto.
Adam Malik dan Yaser Arafat: Fondasi Solidaritas
Pada 1970-an, Adam Malik sebagai Menteri Luar Negeri memainkan peran penting mempertegas dukungan Indonesia di forum internasional. Saat itu, Palestina masih berjuang di bawah bendera PLO (Palestine Liberation Organization) yang dipimpin Yaser Arafat.
Arafat dikenal akrab dengan Jakarta, bahkan melihat Indonesia sebagai saudara dalam perjuangan. Adam Malik tidak hanya membawa isu Palestina ke panggung Gerakan Non-Blok dan OKI, tapi juga menjalin kedekatan personal dengan Arafat. Fondasi inilah yang membuat hubungan Indonesia–Palestina tidak sekadar diplomasi, tetapi juga ikatan moral dan spiritual.
Reformasi: Konsistensi yang Tak Pernah Luntur
Setelah reformasi, setiap presiden Indonesia tetap konsisten. Presiden Habibie, Gus Dur, Megawati, hingga Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan dukungan yang sama.
Pada 2012, Indonesia menjadi salah satu motor pengakuan Palestina sebagai non-member observer state di PBB. Sementara Presiden Jokowi melanjutkan dengan diplomasi publik, aksi kemanusiaan, hingga menggelar KTT Luar Biasa OKI di Jakarta pada 2016. Dalam forum itu, Indonesia kembali menegaskan bahwa kemerdekaan Palestina adalah harga mati.Prabowo Subianto: Dimensi Pertahanan dan Kemanusiaan
Kini, di era Presiden Prabowo Subianto, dukungan kepada Palestina tetap menjadi sikap resmi negara. Dengan latar belakang militernya, Prabowo memberi warna baru dalam diplomasi Indonesia: menekankan aspek pertahanan, keamanan internasional, dan perlindungan kemanusiaan.
Prabowo menegaskan bahwa Indonesia tidak akan pernah mengakui Israel sebelum Palestina merdeka. Di panggung global, ia menjaga keseimbangan diplomasi dengan kekuatan besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia, tanpa bergeser dari komitmen utama: berdiri bersama rakyat Palestina.
Benang Merah dan Spirit Sufistik
Benang merah dari Adam Malik hingga Prabowo jelas: Indonesia tidak pernah mengkhianati Palestina. Sikap ini bukan hanya politik luar negeri, tetapi juga bagian dari identitas bangsa Indonesia yang anti-penjajahan.
Seperti pesan Jalaluddin Rumi: “Di mana ada luka, di situlah cahaya masuk.” Luka Palestina adalah luka kemanusiaan, dan cahaya itu datang dari solidaritas bangsa-bangsa, termasuk Indonesia. Bung Hatta pun pernah mengingatkan, “Indonesia tidak akan pernah menjadi bangsa yang besar jika menutup mata terhadap penderitaan bangsa lain.”
Editor : Redaksi
