Menurut Dr. Febby Dt. Bangso, inisiator pembangunan tugu, kegiatan ini adalah langkah strategis untuk membangun kembali peradaban Melayu di Asia Tenggara.
Ia berharap tugu ini akan memperkuat komunitas Melayu di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei, serta menjadi tempat kajian budaya dan sejarah bersama melalui kerja sama lintas universitas.
“Ini bukan hanya tentang keris, tapi tentang harga diri dan identitas,” ujar Febby. Ia menekankan bahwa ungkapan “Takkan Melayu Hilang dari Bumi” bukan hanya semboyan, melainkan janji budaya bahwa nilai-nilai luhur, ilmu, dan kekuatan spiritual Melayu-Minang akan terus hidup, melintasi zaman dan generasi.
Febby juga menyebut rencana jangka panjang berupa pembangunan Museum Karih Minang di lokasi tugu.
Museum ini akan menjadi pusat edukasi, riset, dan wisata budaya, memperkenalkan filosofi keris kepada generasi muda serta memperluas pemahaman publik tentang peran keris dalam peradaban Minangkabau.Dengan berdirinya tugu Karih Sakati Muno, Luhak Nan Tuo kembali ditegaskan sebagai jantung Minangkabau dan pusat peradaban Melayu di Asia.
Sebuah langkah konkret untuk merawat akar dan menyuburkan ranting budaya Nusantara. Karena sejatinya, “Takkan Melayu Hilang di Bumi.” (***)
Editor : Redaksi
