1 Oktober: Antara Kesaksian Pancasila dan Kesaktian UUD 1945

Irdam Imran, Pemerhati hubungan internasional bernuansa sufistik. (Foto: Ist)
Irdam Imran, Pemerhati hubungan internasional bernuansa sufistik. (Foto: Ist)

Oleh: Irdam Imran, Pemerhati hubungan internasional bernuansa sufistik

Tanggal 1 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Namun, jika kita menyelami lebih dalam, sesungguhnya momen ini tidak hanya berbicara tentang “kesaktian” semata, melainkan juga tentang “kesaksian”.

Pada 30 September 1965, bangsa ini diguncang ujian. Darah para pahlawan syuhada yang gugur menjadi saksi bahwa Pancasila diuji dalam pertarungan ideologi. Keesokan harinya, 1 Oktober, kita meneguhkan kembali kesaksian: bahwa Pancasila tetap hidup, tetap tegak, tetap menjadi dasar negara.

Tetapi, Pancasila tidak berdiri sendirian. Kesaktiannya lahir karena ia terikat pada UUD 1945. Tanpa UUD 1945, Pancasila bisa diperdebatkan dan dipelintir. Dengan UUD 1945, Pancasila memperoleh kesaktian hukum yang tak bisa digoyahkan.

Pancasila adalah ruh, UUD 1945 adalah wadah. Pancasila adalah jiwa bangsa, UUD 1945 adalah tubuh hukum yang menjaganya tetap utuh. Jiwa tanpa tubuh akan melayang, tubuh tanpa jiwa akan hampa. Maka, pada hakikatnya kesaksian Pancasila selalu terikat dengan kesaktian UUD 1945.

Dalam pandangan sufistik, kesaksian dan kesaktian adalah dua sisi dari satu mata rantai tauhid kebangsaan. Kesaksian berarti kita mengikrarkan, “Inilah dasar negara kita.” Kesaktian berarti Allah menjaga ikrar itu dengan perlindungan sejarah dan konstitusi.

Karena itu, peringatan 1 Oktober bukan sekadar upacara. Ia adalah momen kontemplasi kebangsaan:

Apakah kita masih bersaksi dengan jujur pada Pancasila?

Apakah kita masih setia menjaga kesaktian UUD 1945, bukan mereduksinya demi kepentingan sesaat?

Hari ini, Pancasila dan UUD 1945 tidak lagi diuji oleh kudeta bersenjata, melainkan oleh kudeta budaya, kudeta ekonomi, dan kudeta politik pragmatis. Jika kita lalai, Pancasila hanya tinggal slogan, UUD 1945 hanya jadi lembaran tua tanpa roh.

Editor : Redaksi
Banner Trofeo Mini SoccerBanner Nevi Munas VI
Bagikan

Berita Terkait
Terkini