Produksi Kombuk, Tas Anyaman Serbaguna

oleh -1,739 views
oleh
1,739 views
Kombuik kreatifitas kearifan lokal di Liampuluh Kota. (dok)

Oleh: Najla Amalina Rafadila

KOMBUIK adalah kerajinan tas anyaman dari padi mansiang sebagai kearifan lokal yang berada di Jorong Taratak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Padi mansiang tumbuh dengan subur di daerah ini. Padi mansiang tumbuh di sawah seperti layaknya tanaman padi, dan di panen setelah berumur 8 bulan.

Di sana anak-anak sejak kecil sudah diajarkan bagaimana menganyam padi mansiang menjadi sebuah kombuk. Kombuk memilki beragam jenis bentuk dan kegunaan.

“Kombuk ini telah menjadi andalan dan ikon Kabupaten Limapuluh Kota” ujar Nelwati salah satu pengrajin kombuk di Jorong Taratak.

Kombuk menjadi kebiasaan kreatifitas turun menurun yang produktif bagi masyarakat Taratak. Dahulu masyarakat menggunakan kombuk sebagai tempat untuk membawa bekal saat bekerja ke sawah dan ladang. Selain itu, kombuk juga digunakan sebagai tas untuk meletakkan barang belanjaan ketika ke pasar tradisional atau disini kita sebut “pokan”.

Seiring berjalannya waktu, pengrajin terus melakukan inovasi baru terhadap desain kombuk agar masyarakat luas mengenal dan menyukai kombuk. Saat ini, kombuk sering digunakan saat menghadiri acara pernikahan atau acara-acara lainnya baik dalam situasi formal ataupun non formal. Selain itu, kombuk juga digunakan untuk kemasan yang dapat digunakan kembali seperti hampers lebaran, karena kombuk sudah mulai memiliki beragam desain unik untuk berbagai keperluan.

Kekuatan kombuk dalam menampung barang bawaan terbilang sangat baik tanpa menghilangkan bentuk aslinya. Kombuk dapat digunakan hingga bertahun-tahun. Tidak seperti plastik jika keberatan akan robek. Namun, kombuk jika terkena air bisa menembus permukaan pada sela-sela anyaman.

Dengan meningkatnya kreativitas pengrajin, kombuk sudah banyak diminati oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan. Saat ini kepedulian masyarakat terhadap pelestarian alam semakin meningkat. Begitupun keinginan masyarakat dalam menggunakan tas dan kemasan yang ramah lingkungan. Kombuk ini jika dipakai tidak mengurangi penampilan atau style seseorang, bahkan terdapat nilai estetika kekayaan lokal.

Proses pembuatan kombuk itu sendiri memiliki beberapa tahapan. Berdasarkan hasil wawancara kepada Ibu Nelwati, salah satu pengrajin kombuk di Taratak. Bahan baku kombuk berasal dari padi mansiang.

Mansiang atau wlingi (Actinoscirpus grossus) adalah sejenis rumput anggota suku teki-tekian (Cyperaceae) yang sering dimanfaatkan sebagai bahan anyam-anyaman. Rumput ini tumbuh di paya dan rawa-rawa. (sumber: Wikipedia). Setelah 8 bulan panen, mansiang akan dikeringkan atau dijemur terlebih dahulu. Ketika mansiang kering, mansiang akan ‘disawik’ atau dihaluskan agar permukaan nya tipis dan mansiang siap untuk dianyam.

Pembuatan satu kombuk dengan ukuran standar alas 30×20 cm memerlukan 80-100 helai mansiang. Untuk tali memerlukan 60 helai mansiang. Pengrajin membeli padi mansiang di pasar, untuk 1 ikat padi mansiang diperkirakan 20-25 genggaman tangan dengan kisaran harga Rp50.000. Dari 1 ikat padi mansiang ini dapat membuat 8-9 Kombuk.

Uniknya, cuaca akan mempengaruhi hasil akhir pada kombuk. Saat melakukan penyimpanan dan penganyaman padi mansiang, pengrajin sangat menghindari sinar matahari agar padi mansiang tetap rapi ketika dianyam dan terjaga kelenturannya. Jam 11 sampai 3 siang adalah waktu yang juga dihindari oleh pengrajin.

Jika cuaca mendukung dan tidak lembab, pengrajin butuh waktu 3 jam untuk membuat 1 kombuk. Namun jika cuaca terlalu panas, kombuk juga tidak akan dianyam karena padi mansiang akan mudah patah. Kegiatan mengayam ini sering dilakukan oleh pengrajin di dalam rumah.

Kombuk memiliki beragam jenis warna. Mulai dari warna original mansiang hingga bermacam warna kombinasi yang digunakan oleh pengrajin. Pewarna kombuk yang banyak digunakan adalah ‘gincu’ atau pewarna kain. Harga jual kombuk yang tidak diberi warna berkisar Rp20.000-Rp40.000, tergantung pada ukuran kombuk. Harga kombuk yang berwarna biasanya diberi harga tambahan mulai dari Rp5.000-Rp10.000.

Dalam gerakan zero waste (nol sampah), kombuk bisa menjadi salah satu solusi untuk mengganti penggunaan kantong plastik, karena kombuk terbuat dari tumbuh-tumbuhan dan tidak memberi dampak yang buruk terhadap lingkungan.

Tidak hanya dilihat dari dampak lingkungan, dengan menggunakan kombuk sebagai alternatif penggunaan kantong plastik, secara tidak langsung juga dapat meningkatkan kesejahteraan pengrajin kombuk dan petani padi mansiang. (analisa)