Putusnya Tali Bandar Ungkap Rapuhnya Infrastruktur Pertanian Payakumbuh Timur

Kerusakan saluran irigasi Tali Bandar akibat longsor, sawah di tiga kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Timur terancam kekeringan.
Kerusakan saluran irigasi Tali Bandar akibat longsor, sawah di tiga kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Timur terancam kekeringan.

Payakumbuh — Kerusakan saluran irigasi Tali Bandar yang terjadi pada Rabu pagi, 21 Mei 2025, menambah daftar panjang persoalan infrastruktur pertanian di Sumatera Barat. Longsor yang memutus aliran air dari Batang Agam itu membuat ratusan hektare sawah di tiga kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Timur terancam kekeringan.

Kelurahan Tiakar, Payobasuang, dan Koto Panjang selama ini bergantung penuh pada Tali Bandar untuk pengairan sawah. Tanpa pasokan air, petani dipaksa menunda musim tanam atau bahkan gagal panen jika kondisi ini berlarut-larut.

Ilhamsyah, Wakil Presiden Partai Buruh, menyatakan bahwa situasi ini mencerminkan kurangnya perhatian serius terhadap sektor pertanian. “Infrastruktur dasar seperti saluran irigasi mestinya dijaga dan diprioritaskan. Ini soal pangan dan keberlangsungan hidup petani kita,” katanya.

Hingga kini, perbaikan belum dilakukan. Pemerintah Kota Payakumbuh melalui Kepala Dinas PUPR disebut telah menerima laporan dan meneruskannya ke Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Hal itu dikonfirmasi Wakil Ketua DPRD Payakumbuh, Hurisna Jamhur.

Namun warga mempertanyakan keseriusan penanganan. Palimo Sitampai, tokoh masyarakat yang juga mantan “Tuo Banda” di Nagari Tiakar, menyayangkan lambannya respons sejak kerusakan pertama kali dilaporkan. “Sudah dua tahun lebih kami menunggu janji. Sekarang dampaknya nyata,” ujarnya dengan nada kecewa.

Seorang warga memperhatikan Kerusakan saluran irigasi Tali Bandar akibat longsor(f/an)
Seorang warga memperhatikan Kerusakan saluran irigasi Tali Bandar akibat longsor(f/an)

Pada tahun 2023, warga bersama perantau sempat bergotong royong memperbaiki Tali Bandar secara swadaya. Namun, perbaikan itu hanya bersifat sementara dan tidak cukup kuat menahan beban bencana.

Melihat situasi yang mendesak, para perantau dari Payobasuang di wilayah Jakarta Raya saat ini sedang menggalang dana untuk membangun sambungan darurat. “Kami tidak bisa tinggal diam. Ini upaya kami agar sawah warga tetap bisa digarap,” ujar Afiyati Reno, Ketua Ikatan Keluarga Payobasuang Jakarta Raya (IKP Jaya).

Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya keberlanjutan infrastruktur pertanian dalam menghadapi perubahan iklim dan bencana alam. Keterlibatan pemerintah secara cepat dan tepat sangat dibutuhkan agar krisis tidak meluas menjadi bencana ekonomi di tingkat lokal.

Editor : Redaksi
Banner Trofeo Mini SoccerBanner Nevi Munas VI
Bagikan

Berita Terkait
Terkini