“Media memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk persepsi publik tentang pariwisata hijau. Karena itu, LKBN Antara mendukung penuh BASAMO sebagai gerakan kolaboratif yang memperkuat cerita positif tentang destinasi Indonesia,” jelasnya.
Di sisi lain, GTI menekankan bahwa transformasi pariwisata hijau memerlukan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan. CEO GTI, Ridwan Tulus, menilai BASAMO sebagai jembatan kolaborasi.
“Green tourism tidak bisa berjalan tanpa keterlibatan masyarakat dan pelaku usaha. BASAMO menjadi jembatan yang menyatukan semua pihak agar transformasi pariwisata berkelanjutan berjalan lebih cepat dan terarah,” tambah Ridwan Tulus.
Ridwan Tulus menjelaskan bahwa pariwisata adalah ruang yang menyatukan banyak karakter. Pemerintah bergerak visioner, pelaku usaha menciptakan inovasi, komunitas menghasilkan energi kreatif, akademisi menyumbang analisis, sementara media menyediakan komunikasi yang efektif.
Meskipun begitu, pariwisata tidak hanya mengejar jumlah kunjungan. Ia juga menekankan keberlanjutan lingkungan, kesejahteraan masyarakat, nilai budaya, serta reputasi destinasi.
Ridwan mengatakan kolaborasi yang efektif diyakini memberi manfaat bagi masyarakat, lingkungan, pelaku usaha, dan wisatawan. Oleh karena itu, BASAMO disiapkan sebagai model kerja sama yang akan diperluas secara nasional.Langkah ini sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam peta pariwisata hijau dunia. Selanjutnya, Ridwan Tulus turut mengajak masyarakat untuk terus menjaga keberlanjutan destinasi. “Thanks for being a Green Friend of Indonesia,” ujarnya.
Dengan demikian, BASAMO tidak hanya membawa semangat kolaborasi, tetapi juga membuka peluang membangun destinasi yang berkelanjutan, aman, dan ramah lingkungan.
Program ini sejalan dengan kebutuhan global terhadap pariwisata hijau. Selain itu, JPS-GTI berharap inisiatif tersebut meningkatkan daya saing Sumbar dan memperkuat daya tarik destinasi berkelanjutan di Indonesia. (***)
Editor : Editor